• Meiji Roman - Tsunagari • || MafuSora

153 15 20
                                    

Menanjaki jalan setapak di bukit, pria berusia 23 tahun itu sedikit terengah lelah. Pasalnya, ia sudah mendaki selama 15 menit dengan barang bawaan yang tidak sedikit. Satu kanvas dan tas selempang memang terlihat tidak banyak. Hanya saja berat dua barang itu sudah cukup untuk menguras tenaganya hingga melewati batas maksimal yang bisa dia angkat. Bisa jadi ini termasuk salahnya yang menganggap olahraga hanya akan semakin membuat tubuhnya menderita. Melihat puncak tanjakan masih jauh, pria dengan surai seputih salju itu menghela napas kasar.

Untuk memenuhi tugas akhir, ia mendapat tugas untuk melukis alam. Kedengarannya bukan tugas yang sulit. Hanya saja yang menjadi sulit adalah kriteria alam yang harus ditulis. Dosen gilanya itu meminta tiap mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok dan pergi ke kota-kota yang di dapat dari undian. Setelahnya, empat orang ini akan menyebar di kota itu dan mencari tempat yang di percaya memiliki cerita-cerita legenda atau mitos. Ia dan teman-teman kelompoknya sudah menggunakan dua minggu awal untuk survey lokasi. Hanya tersisa 2 minggu lagi untuk mereka menyelesaikan tugas. Kalau saja pembagian lokasi juga bukan dengan undian, dia sudah memilih lokasi yang jauh lebih bersahabat seperti pemandangan gunung atau sumur.

Tempat yang ia tuju saat ini adalah sebuah kolam yang ia ketahui dari tuturan seorang nenek di desa tempatnya menginap. Katanya, kolam itu dihuni oleh dua ikan koi jenis ogon yang dulunya dirawat di dalam sebuah kuil. Akan tetapi kuil itu hancur karena tanah longsor tanpa ada bagian bangunan yang bertahan. Satu-satunya yang tertinggal dari kuil itu hanyalah kolam ikan yang terletak cukup jauh dari belakang kuil. Dikatakan bahwa satu ikan dari kolam itu menjelma menjadi manusia dan berhasil menyelamatkan para pengurus kuil dari tanah longsor. Sebagai ganti telah meminjam kekuatan dewa, ikan itu tidak boleh lagi tinggal di dunia manusia. Sejak itu, hanya ada satu ikan yang mengisi kolam dan berenang sendirian.

Kalau boleh dibilang, kisah itu cukup menarik baginya. Sangat menarik sampai ia ingin tahu apa ada kisah ajaib lain yang berhubungan dengan dua ikan itu. Tetapi kisah dua ikan tersebut tidak memiliki sumber yang relevan karena hanya disampaikan dari mulut ke mulut. Sudah begitu versi lain yang ia temukan justru sangat berbeda dari yang pertama didengar. Jadi ia dan teman-temannya memutuskan untuk mengambil paling banyak 3 referensi cerita yang tidak jauh berbeda. Mereka sudah terlalu lelah dengan survey dan pencatatan. Kalau sampai harus menerima revisi juga itu hanya akan berakhir menjadi mimpi buruk tak berkesudahan.

Begitu kakinya yang mulai gemetar menapak puncak tanjakan, manik merah delimanya disambut oleh pemandangan pematang hijau luas yang dikelilingi oleh pohon-pohon sakura. Seolah rasa lelahnya menguap, pria itu mempercepat langkah dan segera mencari kolam ikan ogon disekitar. Tepat ia melewati pematang dan masuk sedikit ke dalam hutan, pria itu akhirnya menemukan kolam batu seukuran 4x5 dan melongok ke dalam kolam.


"Wah ... "

Bagaimana bisa ia tidak ternganga kala menyaksikan sendiri kolam biru jernih yang sungguh dihuni oleh satu ikan koi gemuk. Tidak hanya ikan itu memiliki kesan mistis tetapi corak tubuhnya yang putih keemasan sesekali bersinar karena pantulan cahaya matahari yang menyinari kolam. Terpesona sekian saat, pria itu berhasil kembali sadar dan segera mencari posisi yang pas untuk melukis.

"Sepertinya dari sini bagus, tapi apa ya ... apa karena sore? Atau harusnya siang hari? Tidak, tidak. Aku sudah tidak punya waktu. Kalau malam ... sepertinya bisa. Karena cerita ikan ini lumayan kental dengan sakralnya, pasti bagus kalau dikombinasikan dengan purnama malam ini," gumamnya panjang.

Selesai membuat keputusan, pria itu mulai menurunkan tas selempangnya dan meletakkan kanvas dengan hati-hati. Sekian menit berlalu pria itu mengatur posisi kursi duduk dan penyangga kanvas, lalu mengeluarkan satu persatu cat dan mulai mengkombinasikan warna pada palet. Selesai dengan urusan cat, pria itu fokus menggambar sketsa dengan pensil dan sesekali akan melirik kearah kolam. Selesai dengan sketsa, ia menghela napas panjang dan memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya. Meski sebetulnya dia memang belum melakukan apa-apa, hanya saja sejak tadi yang terkuras bukan hanya tenaga fisiknya, tapi tenaga mental juga. Kembali menghela napas panjang, ia melirik satu benda di dekat kursi yang sempat ia tata setelah merapikan kanvas. Mengulurkan tangannya, ia mendaratkan ujung jarinya pada satu bidak putih shogi dan menunduk sedih.

Katakoi  ||  ATRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang