• Love Sketch • || MafuSora

319 22 18
                                    

"Yo! Lagi gambar apa?"

Pemuda yang disapa berjengit kaget lalu refleks menutup buku sketsa diatas meja. Mendongak panik kearah si pelaku, manik gelap yang sedikit terhalang poni sewarna raven itu menyipit sebal. "Apa, sih!? Ganggu aja!"

"Eey~ paling kau gambar itu lagi, kan? Bunga-bunga berguguran?"

"Hanami, tahu! Sudah, sana!"

Walau sudah diusir sampai mendorong-dorong, tampaknya si penyapa ini urung untuk mundur. "Ayolah, Rarucchan, lihat dikit saja! Spoiler, deh!"

"Mafu nyebelin! Sana minggir!"

Pemuda yang dipanggil Mafu itu tertawa dan mengacak surainya yang semakin terlihat acak-acakan. Sudah amat kesal, ia akhirnya melancarkan serangan terakhir dengan mengangkat buku sketsa tinggi-tinggi dan bersiap memukul Mafu. Menyadari serangan ini, Mafu cepat-cepat menjauh sambil terbahak. Puas sekali pemuda itu menjahilinya.

"Mafu! Dia lagi gambar poster buat cafe kelas, lho! Ganggu saja kau!"

"Dih, Kashi! Harusnya kau ajak dia ke kantin, dong! Kasih imbalan udah dibuatkan poster buat cafe."

"Aduh, benar," ujar Kashitarou yang mendadak kikuk. "Soraru-san mau titip apa? Nanti Mafu yang traktir!"

Mafu menyeletuk. "Aku?! Bisa-bisanya!"

Teman yang kebetulan duduk di belakang Mafu menyikut rusuk si pemuda putih. "Merasa bersalah, dong, sudah ganggu Soraru-san!"

Meringis sakit, Mafu yang mengusap pinggangnya menoleh kearah Soraru yang sudah menunduk dan fokus menggambar lagi di kursinya. Menghela napas pasrah, ia mengulum senyum. "Yasudahlah, roti satu gak mahal, kok."

"Woi, pelit banget!"

Bukannya Soraru tidak mendengar kericuhan di sisi lain kelas itu, tapi saat ini ia tidak bisa mengangkat kepala karena harus menahan jerit atau dia akan mengagetkan satu kelas. Setidaknya, ia sudah membuat sekitarnya percaya kalau dia sedang menggambar poster cafe. Terima kasih untuk Kashitarou yang selalu berfikir positif. Mengintip dari sela untai rambut, Soraru mengedarkan pandangan dan tidak lagi menemukan kehadiran Mafu di kelas. Yang artinya pemuda itu sudah pergi menuju kantin.

Soraru menghela napas lega lalu meremat kerah seragamnya. Tepatnya, menekan dadanya yang saat ini berdebar luar biasa karena mendapat serangan tak terduga.

Menaikkan tubuhnya sedikit, Soraru yang saat ini merona menatap halaman buku sketsa yang menggambarkan pemandangan hanami. Namun, jika diteliti lebih lanjut, tepat di tengah hujan hanami itu, ada dua orang yang berjalan sembari bergandengan tangan. Wajah tembam itu semakin merona tatkala sekilas memori terbesit dalam benak.

Cepat-cepat menyelesaikan gambarnya sebelum Mafu datang, Soraru mengarsir beberapa bagian sebelum akhirnya ia menutup buku dan kembali menghela napas lega. Menoleh keluar jendela, pemuda raven itu menopang pipi dan fokus memandangi langit. Berharap degup jantungnya yang berpacu cepat ini seiras dengan laju awan putih yang tenang di atas sana.

Kalau diingat-ingat lagi, langit cerah pada hari itupun sama. Saat itu adalah awal musim semi, dan juga hari pertama dirinya akan menjadi siswa SMA. Karena terlalu gugup, ia kesulitan tidur dan akhirnya terlambat. Sudahlah ia panik karena waktu yang semakin tipis, ia harus terhenti karena merasa salah jalan. Apakah karena ia terlalu panik atau memang daya ingatnya melemah karena kurang tidur, Soraru tak tahu. Saat itu, ia hanya ingin menangis karena telah melakukan kesalahan besar di hari pertama.

Pada saat itu, ia yang tengah berusaha menenangkan diri dan menyeka mata, dikejutkan oleh sapaan riang seorang pemuda.

"Wah, aku punya rekan telat?"

Katakoi  ||  ATRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang