• Meiji Roman - Kako Kara • || MafuSora

242 20 14
                                    

Yep, klean ga salah. Ini terinspirasi dari Taisho Romannya Yoasobi. Mabok bgt gue ama ni lagu satu. Cuma beda jamannya aja kok biar ga keliatan nyontek bgt :V

💮💮💮


Hiasan rambut yang tersemat pada gulungan rambut biru gelap bergemerincing seirama dengan gerakan kepalanya. Sosoknya yang duduk tegap dan anggun seiras dengan pemandangan sepetak taman rumah dihiasi oleh pohon sakura tunggal yang menaungi kolam ikan koi di sudut taman. Jemarinya yang lentik dan hampir seluruhnya tertutup lengan kimono memegang sebuah bidak shogi. Meski gelagat tubuhnya tanpa riak, namun kedua alis tebalnya yang sedikit mengerut menunjukkan suasana hati yang kebingungan dan gelisah. Tangan satunya lagi memegang dua lembar surat yang dipenuhi oleh guratan kecil-kecil dan hanya bisa dilihat olehnya.

"Astaga, bisa-bisanya dia meletakkan hisha disana? Dasar kadal, kau pasti membual tentang baik hati, kan?!" Omelnya.

Di balkon itu hanya ada dirinya sendiri. Namun papan shogi-nya diatur sedemikian rupa seolah ia sedang melawan orang lain. Masih gelisah menentukan dimana bidaknya diletakkan, ia menggigit kecil bibir bawahnya untuk kemudian menghela napas pelan. "Tampaknya aku harus berpikir lebih lama."

Menatap surat ditangan, seulas senyum terbit diwajahnya. Senyum yang senada cerahnya mentari itu semakin mempercantik wajahnya yang tembam manis. Sekarang ia tidak lagi tertarik untuk melanjutkan shogi individunya dan fokus pada isi surat di sana.


Kepada Soraru-san.

Bagaimana? Apa sekarang kamu bimbang? Hehe~ rasakan pembalasanku tiga hari lalu, ya! Sudah kubilang aku ini cukup jago bermain shogi! Kau pikir orang dari masa depan ini tidak bisa menjebakmu, huh?

Kalau kau sudah meletakkan bidakmu, mari kita bahas hal selanjutnya. Yaitu kabarku! Ya! Kabarku hari ini pun sangat baik! Mau tahu karena apa? Aku sudah selesai ujian! Ujian yang menyiksa malam dan siangku akhirnya berakhir juga! Aku langsung minum bersama teman-teman sekelas dan pulang dengan perasaan senang. Tapi, besok paginya aku baru ingat kalau ada tugas kelompok yang harus dikerjakan dan jangka waktunya selama 3 bulan. Kau tahu? Rasa senangku hilang seketika.

Belum lagi, cuaca akhir-akhir ini sungguh sangat buruk karena curah hujan yang semakin tinggi. Ini hanya mengada-ada, tapi bisa saja karena suhu musim panas tahun ini sedang tinggi-tingginya, jadi hujan juga jauh lebih deras dibanding biasanya. Aku, sih, bersyukur saja. Tapi kalau siang badanku basah kuyup, malamnya jemuran pakaianku basah kuyup, itu sih benar-benar merepotkan!

Oh, benar juga! Kemarin kita membahas tentang korespondensi selain surat, kan? Di zamanku saat ini, ponsel adalah yang paling umum. Kalau di zamanmu itu mesin ketik sudah ada belum, sih? Bukannya di sana sedang marak-maraknya kedatangan pedagang asing, ya? Aku lupa sekali sejarah zamanmu itu. Kembali ke ponsel, alat ini hampir semuanya terbuat dari aluminium. Kau tahu aluminium? Itu Besi ringan yang bisa dibawa kemana-mana. Omong-omong soal besi ringan, selain ponsel juga besi itu dipakai untuk membuat peralatan makan seperti sendok dan garpu.

Ugh, kenapa pembahasannya jadi kemana-mana ya? Tapi aku sudah terlanjur menghabiskan tinta pulpenku. Untungnya aku beli cadangan, sih. Kalau tidak ingat aku hanya bisa menulis dua surat dan mungkin tanpa sadar aku sudah menulis selembar koran.

Bagaimana kalau setelah ini aku yang bertanya tentang beberapa hal yang ada di zamanmu? Pasti menyenangkan membahas kisah ronin dan samurai di sana, kan? Bukankah mereka semua keren? Kutunggu balasanmu tiga hari lagi!

Dari Mafu.

Tertawa kecil dibalik surat, Soraru menatap guratan tinta tipis yang mulai terbiasa di matanya dan menghirup aroma kertas khas yang juga masih asing dan baru baginya. Baru ia akan melipat surat, maniknya menemukan adanya sebaris kalimat di paling pojok surat.

Katakoi  ||  ATRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang