• Meiji Roman - Mirai no Moto e • || MafuSora

175 18 2
                                    

Tiga hari setelah penyusupan di kediaman Aozora, diketahui bahwa mereka adalah kiriman dari klan yang merupakan salah satu pihak kaisar. Setelah mengetahui identitas penyusup, Kepala Klan Aozora yang kembali 4 dupa kemudian segera mengirim surat pada Shogun dan dipanggil untuk menghadiri rapat di daerah terpencil yang tidak diketahui siapapun selain penerima undangan. Tak lama berselang, kabar baru lain datang bagai guntur di siang bolong. Dalam kabar itu dikatakan bahwa pasukan kekaisaran berhasil mengepung Edo dan menyebabkan kekalahan tanpa syarat pada salah seorang menteri Shogun yang sempat merundingkan penyerahan diri. Tentu saja berita ini menggemparkan seluruh domain Shogun yang merasa sedang di dorong mundur. Setelah sebelumnya kekaisaran berhasil menaklukan Toba Fushimi dan Koshu, lalu Edo yang berhasil diambil alih, maka satu-satunya pilihan Shogun pastinya mengungsi lebih jauh. Entah itu di Nagaoka atau Aizu, pilihan itulah yang mungkin menjadi topik utama pada pertemuan tersebut.

Soraru tiba-tiba bersyukur telah dijadikan anak perempuan karena ia tak perlu repot-repot datang sebagai wakil kepala klan atau bergabung menjadi bagian pasukan keshogunan. Selain itu, melihat kekaisaran sudah memenangkan dua pertempuran telah menjadi bukti seberapa kuat mereka sekarang. Ditambah kekaisaran yang memiliki hubungan kerjasama dengan para pendatang, sudah pasti senjata yang mereka miliki lebih maju dibanding pasukan keshogunan. Aah, kalau dia ketahuan memiliki opini seperti ini oleh ayahnya pasti kepalanya sudah pisah dengan leher.

Duduk memangku segelas teh, manik obsidian itu menatap lembut pada hujan momiji yang mempercantik pagi hari ini. Menyesap teh beberapa teguk, telinganya menangkap suara ketukan kecil dan menoleh kearah sumber suara, yaitu meja papan shoginya.

"Benar juga, ini sudah hari ketiga," gumamnya senang.

Maka dengan senyum lebar Soraru beringsut mendekati meja dan meletakkan gelasnya. Dengan hati-hati ia mengangkat bawah papan shogi dengan dua jari dan menarik keluar sebuah amplop putih. Soraru yang antusias membuka surat di kejutkan oleh pembuka kalimat yang tidak biasanya ia dapatkan.

Maaf, Soraru-san, aku tidak bermaksud untuk ikut campur dalam masalahmu. Akan tetapi, ada sesuatu yang terjadi dan membuatku teringat akan dirimu.

Aku tidak akan berbasa-basi seperti sebelumnya, karena apa yang ku tulis selanjutnya akan menjadi hal paling tabu yang pernah kau saksikan.

Soraru menelan ludah gugup. Ia membetulkan posisi duduknya jadi menghadap halaman dan memastikan pintu kamarnya sudah ditutup rapat. Atensi Soraru pun kembali lagi kepada surat.

Saat aku teringat dirimu, aku segera mencari informasi seputar keluargamu dan menemukan margamu terdaftar sebagai bagian pro-shogun.

" ...!!" Membelalakkan matanya, Soraru meremat surat dengan tanga gemetar. Meski ia belum membaca keseluruhan, tampaknya Mafu di masa depan sana ingin memberitahunya terkait masa depan yang akan ia alami.

"Ah, jadi ini lah yang Mafu sebut hal tabu ...?" duga Soraru yang kembali membaca surat.

Karena kamu berada di Sendai, itu artinya akan ada 9 pertempuran yang semuanya akan dimenangkan oleh kekaisaran.

"Semuanya?!" pekik Soraru. Itu artinya jika menghitung dari Satsuma hingga Edo, hanya tinggal 3 pertempuran lagi, pikir Soraru cepat.

Jika di waktumu saat ini belum ada pertempuran di Aizu, kumohon, lari lah! Jauhi pertempuran itu sejauh mungkin! Jika perlu pergilah ke Hokkaido karena disana akan ada seseorang yang mengalahkan Shogun sepenuhnya. Maaf jika kalimatku mungkin akan menyinggung mu, tapi shogun hanya memiliki kekalahan telak! Jika Hokkaido terlalu jauh untukmu, maka bersembunyi lah begitu pasukan kekaisaran sampai di pelabuhan Sendai.

Aku mohon, tetaplah hidup, Soraru-san!

Melipat suratnya, Soraru yang masih gemetar sekujur badan memegang surat erat-erat dan mendekapnya di dada. Sekian menit ditelan hening, ia bangun dari duduknya, masuk ke kamar dan mengambil kertas serta kuas, lalu kembali ke teras dan menulis balasan surat. Melihat bagaimana bentuk tulisan Mafu lebih acak-acakan dibanding sebelumnya, pria di masa depan itu pasti buru-buru menulis dengan tangan gemetar. Karena itu, untuk balasan surat kali ini, Soraru harus bisa menenangkan pria itu dan berjanji akan bertahan hidup.

Katakoi  ||  ATRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang