• Warui Ko Janai?• || SoraMafu

208 18 0
                                    

Niatnya Soraru begitu jam istirahat tiba, adalah pergi ke atap untuk menyantap jajanan yang ia beli di kantin. Tidak banyak, hanya satu botol minuman dan dua roti karena ia tidak boleh mengantuk pada jam pelajaran berikutnya. Begitu ia sampai di atap, disana sudah ada seseorang yang datang mendahuluinya. Jelas mengenali siapa orang itu, Soraru menutup pintu dan melanjutkan langkah menuju orang tersebut.

"Kali ini kamu bolos ... atau baru tiba?" Tanyanya pada pemuda bersurai putih yang berdiri memandangi langit biru.

Merespon dengan tolehan, pemuda itu menyunggingkan senyum dan melambaikan tangan. Berhenti tepat di samping pemuda itu, Soraru kembali bertanya. "Kamu baru datang, Mafu?"

"Begitulah," jawabnya santai sembari mengendikkan bahu, "ada beberapa hal yang terjadi."

Jika saja ini orang lain, Soraru takkan ambil pusing. Akan tetapi, bahu pemuda dengan wajah santai ini gemetar cukup jelas. Turun dari bahu, tangan putih yang kurus itu juga terlihat gemetar meski sudah ia posisikan sedang masuk dalam saku celana.

Maka Soraru dengan cepat merancang jebakan. "Kamu tidak bawa jaket?"

"Eh, untuk apa? Kau gila! Sekarang kan mau masuk musim panas!" Seru Mafu cepat.

"Jadi kamu tidak kedinginan, ya."

"Hahaha! Apanya kedinginan-"

Kalimat Mafu langsung terhenti untuk kemudian menoleh kearah Soraru yang sudah sibuk merogoh kantong jajanan. Melihat si biru yang tidak lagi mengatakan apapun itu artinya dialah yang harus memulai percakapan baru. Mafu tertawa kecil, lantas mengusap wajahnya yang kini begitu getir dan putus asa.

"Aku kejebak lagi, ya."

"Kuharap kamu tidak pernah belajar untuk menyadarinya."

Soraru menyodorkan satu roti pada Mafu, yang disambut olehnya dan di tatap agak lama. "Roti melon? Lagi?"

"Kau berharap apa? Yakisoba?"

"Hah, pasti sudah habis!" Balas Mafu sembari mengendikkan bahu.

Soraru menggigit rotinya dan membalas, "Gitulah."

Kembali menatap roti di tangan, manik delima yang semula menyipit oleh senyum itu jatuh kuyu seolah diberatkan oleh lelah yang luar biasa. Entah seberusaha apapun pemuda itu berhias sebelum datang ke sekolah, kantung mata yang tercetak jelas di wajahnya takkan bisa ditutupi hanya dengan foundation. Soraru bisa melihat semua itu, tapi sadar dia tidak bisa memulihkannya. Lebih tepatnya mungkin dia tak punya kuasa untuk itu.

"Soraru-san," panggil Mafu, "Rasanya sangat salah kalau punya niat untuk terjun dari sini, kan?"

Menangkap percakapan ini sebagai sinyal bahaya, Soraru menarik mundur rotinya dan menatap langit biru. "Iya."

Disampingnya, Mafu juga melakukan hal yang sama. Bedanya ia masih menatap roti di tangan. "Memiliki pikiran untuk mati ... itu bukan hal yang aneh, kan?"

Soraru tidak lagi melihat langit. Pemuda biru itu sepenuhnya beralih pada pemuda putih yang kini juga menatap kearahnya. Seolah kedua netra itu saling menyelami, netra biru itu menatap lekat netra delima yang terlihat jelas sedang berusaha keras untuk terlihat tegar. Setiap kali pemuda ini terlihat begitu kesakitan, Soraru sangat ingin menariknya kedalam pelukan dan memberinya seluruh kekuatan yang dia miliki. Hanya saja Soraru tahu, itu bukanlah hal yang diinginkan Mafu. Lebih tepatnya, itu bukan hal yang Mafu butuhkan.

"Aku ingin tahu, ada berapa anak di luar sana yang sering terjebak pertikaian orang tua sepertiku. Bagaimana menurutmu, Soraru-san?" Tanyanya tiba-tiba.

Katakoi  ||  ATRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang