Langit cerah berawan menjadi hal pertama yang dilihat setelah tidur, itu sungguh aneh. Terutama, ia ingat betul kalau belum lama tadi dirinya merebahkan diri usai kebut mengerjakan tugas kuliah. Meraba permukaan rumput, bulu kuduknya merinding tatkala sensasi gemerisik dari rumput terasa amat nyata ditangannya. Ia amat tidak ingin mempercayai apa yang terjadi. Tapi begitu memberanikan diri menoleh dan mendapati adanya bangunan sekolah dibelakangnya, lidahnya kelu detik itu juga. Hanya satu kalimat yang terlintas di pikirannya.
Apa aku Lucid-
"Jangan disebut."
Mafu terhenyak dan menoleh cepat kearah sumber suara yang langsung mendebarkan jantungnya. Tepat dibawah pohon rindang, sosok pemuda bersurai raven duduk sembari memangku buku. Senyum lembut terulas diwajahnya. Namun apa yang keluar dari mulut orang itu amat kontra dengan senyumnya.
"Akan sangat tidak menyenangkan kalau kamu terbangun padahal baru saja tiba.", Kata pemuda itu.
Kali ini, Mafu ternganga. Sekian saat ia tak bisa berkata-kata. Hanya membuka mulut dan menutupnya lagi. Untuk kemudian ia mendongak dan menghela napas berat. Mencoba untuk menerima kenyataan. " ... Tapi aku belum mati, kan?"
"Tentu saja. Tugas kuliahmu yang lain masih menunggu disana."
"Bangsat. Jangan bahas tugas kuliah disini."
"Hahaha!" Pemuda bersurai raven itu kali ini bersua seiras dengan senyum lembutnya. "Kemari. Bukankah ada banyak hal yang perlu kita bicarakan?"
"Hmph! Hanya kamu yang ingin menceramahiku, kan?", Sarkas Mafu. Meski begitu, ia menuruti permintaan pacarnya itu dan berjalan mendekat kearah pohon.
"Begitulah. Ada cukup banyak hal yang ingin kubicarakan. Tapi pertama-tama. Bagaimana kabarmu?"
Mendudukkan diri disamping pemuda itu, Mafu menyandarkan punggungnya. "Entahlah. Aku bingung harus menjelaskannya bagaimana. Lagipula, Soraru-san. Apa kamu penyebab semua ini?"
Pemuda yang dipanggil Soraru itu menjawab santai. "Bukannya kamu yang mengatakan ingin merasakan Lucid Dream?"
"Sialan. Harusnya saat aku berdoa agar dosen kena macet dijalan Dewa juga mengabulkannya. Kenapa kalimat asal celetuk begitu didengar?!"
Menutup bukunya, Soraru menoleh dan membalas santai. "Dewa tidak mengabulkan. Tapi memberikan apa yang kamu butuhkan. Oh, nampaknya kamu ada tamu. Sapa dulu sana."
Mafu mengernyit bingung. "Tamu apa?"
Ckleck!!
Manik Mafu terbuka lebar dan segera beranjak dari rebah. Mengedarkan pandangan. Ia menatap seluruh kamarnya dan termenung agak lama. Mengacak surai rambutnya, Mafu mengatur napas agar kembali tenang.
Ckleck!
Suara itu lagi. Nampaknya sungguh ada 'tamu' yang datang ke apartemen kumuhnya. Bangun dari futon, Mafu mengambil gelas kaca diatas meja kecilnya dan berjalan santai menuju pintu. Sesampainya disana, benar saja pintunya sudah sedikit terbuka. Tampaknya pencuri dibalik pintu sedang berusaha merusak rantai penahan pintu sebagai halangan terakhir. Maka Mafu tak sungkan untuk melangkah cepat dan menendang pintu. Ia biarkan pencuri diluar sana berteriak karena jarinya yang terjepit dan menambah beban dengan bobot tubuhnya untuk menahan pintu.
Tentu saja akibat teriakan ini, para tetangga akan bangun. Jadi, Mafu akhirnya menarik kakinya turun dan tidak repot-repot untuk melihat keadaan si pencuri diluar sana yang terhuyung kesakitan karena jarinya. Mafu rapatkan pintu kembali dan menguncinya. Tapi kali ini, ia tak mengeluarkan anak kunci dari lubangnya. Setidaknya dengan begini, tak ada lagi orang bodoh selanjutnya yang mengincar rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakoi || ATR
Short Story• Utaite Fanfiction • Special Oneshoot Edition Hanahaki Byou. Sebuah penyakit yang entah muncul darimana dan memiliki satu pemicu. Yaitu "cinta tak berbalas" atau bisa juga "cinta searah". dan di alami oleh keduanya. baik itu Lavender ataupun Krisan...