Udara dingin menusuk tulang menggelayuti desa tua yang tersembunyi di antara perbukitan. Jalanan sepi, dipenuhi dedaunan kering yang berguguran, menciptakan suasana mistis menjelang malam berhantu. Di sebuah toko kecil pinggir desa, Soraru disibukkan dengan menyiapkan sekeranjang penuh kue dan permen dengan teliti. Memasukkan kue terakhir ke dalam keranjang, Soraru tidak bisa menahan gemetar sedikit. Pelanggan yang akan ditujunya malam ini bukanlah pelanggan biasa. Melainkan seorang vampir yang tinggal di mansion tua di atas bukit yang cukup jauh dari desa.
Hampir semua orang di desa mengatakan kalau baik mansion ataupun hutan bukit yang menjadi lokasinya sudah terkenal angker sejak dulu. Namun, dari beberapa saksi mata yang pernah melihat mansion itu dari jauh, bangunan tua itu tampak sangat mengah dengan halaman luasnya dipenuhi berbagai bunga indah yang membentuk jalan setapak menuju pintu utama. Bunga-bunga mawar putih dan ungu berbaris rapi, menciptakan pemandangan yang kontras dengan reputasi menakutkan sang pemilik rumah. Meski begitu, kalau mengingat siapa pemilik mansion indah tersebut, pasti semua orang juga akan merinding sepertinya.
"Mengapa seorang vampir begitu menyukai kue dan permen?" gumam Soraru pada dirinya sendiri sembari merapikan syal di lehernya. Udara malam semakin dingin, dan bayangan-bayangan pohon membentuk siluet menakutkan di sekitarnya.
Perjalanan menuju mansion memakan waktu sekitar setengah jam dengan berjalan kaki. Setiap langkah membuat Soraru semakin was-was. Cerita-cerita tentang vampir sudah lama beredar di desa, tentang vampir misterius yang hidup sendirian, yang tidak pernah terlihat di siang hari, dan hanya dikenal melalui pesanan kue dan permen tahunannya.
Ketika akhirnya sampai di depan pintu mansion, Soraru menelan ludah. Pintu besar dari kayu berukir itu terlihat menakjubkan sekaligus menakutkan. Lonceng tua di samping pintu bergerak pelan ditiup angin, seolah-olah memberi isyarat kedatangannya.
Soraru membunyikan lonceng dengan tangan gemetar.
Tidak lama kemudian, pintu dua daun itu terbuka perlahan. Sosok tinggi jangkung dengan kemeja hitam muncul di ambang pintu. Mafu berdiri tegak, wajah pucatnya kontras dengan rambut hitam kelam yang jatuh di sekitar wajahnya. Mata merahnya berkilat dalam keremangan cahaya.
"Kamu bukan Sayo. Siapa kamu?" tanya Mafu dengan suara dalam yang sedikit mengejutkan Soraru.
Terkejut karena nama ayahnya disebut, Soraru segera membungkuk hormat. "Saya Soraru, anak dari Sayo, pemilik toko kue sebelumnya. Saya datang untuk mengantar pesanan Anda."
Mata Mafu berkilat sejenak. "Begitu, ya. Kemana Sayo?"
Soraru tersenyum tipis. "Ayah sudah tiada. Jadi saya lah yang meneruskan usaha toko kue."
Seketika, ekspresi Mafu berubah. Ada sesuatu yang sendu dalam tatapannya. "Sepertinya dia hidup dengan baik, sesuai yang dia mau."
Tergugah dengan penuturan itu, Soraru tanpa sadar melupakan rasa takutnya. "Anda mengenal ayah saya? Bagaimana bisa?"
" ... kamu mirip ayahmu, ya. bawel sekali di pertemuan pertama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakoi || ATR
Conto• Utaite Fanfiction • Special Oneshoot Edition Hanahaki Byou. Sebuah penyakit yang entah muncul darimana dan memiliki satu pemicu. Yaitu "cinta tak berbalas" atau bisa juga "cinta searah". dan di alami oleh keduanya. baik itu Lavender ataupun Krisan...