Part 30 - Cerita lain

977 76 3
                                    

"Renjun!" panggil pria berambut biru saat matanya menemukan pemuda manis yang sedari tadi dicarinya. Sudah seminggu pemuda itu menghilang, tidak lagi membalas pesan atau pun mengangkat teleponnya.

Renjun menghentikan langkah kakinya, usahanya untuk menghindari Jaemin gagal hari ini. Pemuda itu membalikkan badannya, menghadap ke arah Jaemin yang sedang berlari menghampirinya. 

"Kenapa lo jauhin gue?" tanya Jaemin sedikit menuntut. Pandangan mereka bertemu, namun Renjun segera mengalihkan pandangannya.

"Ng-ngga kok" jawab Renjun gelagapan.

Jaemin menghela napasnya, jelas-jelas lelaki didepannya ini menjauhinya. Renjun bersikap beda terhadapnya, selalu menghindari tatapannya, menjauh saat tangannya akan merangkulnya, dan selalu menjaga jarak mereka saat berkumpul dengan Haechan dan Jeno. Bahkan pemuda itu tidak tanggung-tanggung selalu mencari alasan untuk tidak ikut berkumpul, membuat yang lain kebingungan dengan perubahan sikap Renjun.

"Lo gabisa bohong sama gue" Jaemin mulai kesal sendiri dengan Renjun yang denial.

"Iya gue jauhin lo, puas sekarang?" Renjun ikut meninggikan suaranya, membuat beberapa orang melirik ke arah Renjun dan Jaemin. Mereka masih berada di koridor Fakultas Sastra, tempat yang selalu Jaemin datangi setiap hari untuk mencari sosok sahabat barunya.

Jaemin menarik tangan Renjun menuju parkiran, tetap menyeretnya untuk memasuki mobilnya walaupun lelaki itu terus memberontak. Mereka perlu ruang untuk berbicara.

Jaemin menepikan mobilnya di pinggiran jalanan yang sepi, matanya menatap Renjun yang masih menutup rapat mulutnya sepanjang perjalanan.

"Ini soal malam itu?"

Kalimat Jaemin kembali membawa ingatan yang susah payah Renjun buang jauh-jauh, ingatan sialan itu selalu datang tanpa diundang dan lama-lama membuatnya frustasi sendiri.

....

......

Renjun tengah meringkuk di atas tempat tidurnya, menangis tanpa suara. Tangannya bergerak menjambak rambutnya saat kembali mengingat kilasan adegan Jeno mencium Haechan. Ia tidak tahan dengan sakit kepalanya, dan sialnya ingatan itu memperparah rasa sakitnya.

Tangannya mengambil pil yang disimpan di saku tasnya, menelannya tanpa minum, lalu kembali meringkuk. Untung obat itu berhasil mengurangi sakit di kepalanya. Keadaannya lebih kacau dibandingkan kemarin. Kemarin Renjun masih bisa terlelap walaupun dengan bantuan Jaemin yang mengelus kepala dan memeluknya erat.

Namun malam ini, kepalanya benar-benar terasa berat dan pening. Tubuhnya sedari tadi terus menggigil, dadanya sesak membuat napasnya semakin pelan dan pendek.

Tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perutnya, Jaemin memeluknya dari belakang. Renjun bisa bernapas lega, pelukan itu membuat tubuhnya yang menggigil mulai menghangat.

Hiks

Renjun membuka kedua matanya, menyadari ada yang aneh dengan pria yang sedari tadi memeluknya. Jaemin menangis.

"Lo kenapa?" tanya Renjun dengan suara serak.

Butuh waktu lama untuk Renjun mendapat jawaban, karena sedari tadi Jaemin hanya menangis sambil mengeratkan pelukannya. Renjun membalikkan badannya sehingga kini keduanya saling berhadapan, matanya menatap wajah Jaemin yang sama kacau dengannya, mata sembab dan hidung merah.

"Apa yang terjadi?" tanyanya lagi dengan nada lembut.

"Sekarang gue tau rasanya di posisi lo" jawab Jaemin susah payah karena ia menangis sampai segukan.

WITHout YOU - Markhyuck ft. Nohyuck✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang