Mark tidak mengerti dengan perubahan sikap Haechan, dirinya seolah tak kasat mata di pandangan pria dengan senyum sehangat matahari itu. Pria itu berubah menjadi dingin dan cuek kepadanya, sangat kontras dengan perlakuannya terhadap tiga temannya ataupun Kris dan Jessica, bahkan Mark kalah eksis dari seekor nyamuk. Pokoknya hanya Mark yang diperlakukan 'khusus' oleh pria berkulit kecoklatan itu.
Mark terus berusaha mencuri perhatian, tapi selalu saja diabaikan. Kejadian ini sudah berlangsung selama sebulan penuh, Haechan tidak lagi menanggapi omongan, tingkah dan segala hal yang terkait dengan Mark, membuat pria beralis camar itu frustasi.
Mark pun mencoba strategi lain yaitu dengan bersikap baik padanya. Salah satunya dengan membelikan makanan kesukaan Haechan, dan dalam beberapa kali percobaannya, Mark berakhir dengan dimarahi oleh target. Apapun tingkahnya, di mata Haechan pria berdarah Korea-Kanada ini selalu salah.
Tok tok tok
Perlahan pintu kamar itu terbuka, menampakkan sosok Haechan yang sudah berpakaian nyaman. Air mukanya berubah dingin mendapati Mark yang tengah bersandar pada dinding depan kamarnya sambil menenteng kantung belanjaan di sebelah tangannya.
Haechan menatap pria itu tanpa minat, alisnya terangkat sebelah seakan menyiratkan kebingungan atas maksud ketukan pintu Mark.
"Chi-maek?" Mark mengayunkan kantung di tangannya, sambil menatap penuh harap pada Haechan.
bam!
Mark menghembuskan mendengus saat pintu itu kembali dibanting oleh pemilik kamar, melempar kantung di tangannya kasar. Untuk kesekian kalinya, usaha Mark masih belum berhasil untuk mencairkan sikap dingin Haechan.
"Lo kenapa sih?" Tanya Mark sedikit menaikan suaranya, "Salah gue apa hah?" tanyanya lagi, sudah cukup bersabar selama ini. Mark harus tahu kesalahannya dulu, sebesar apa sampai ia pantas diperlakukan seperti ini oleh Haechan.
Tidak ada respon dari Haechan, "Gue tahu lo denger" ucap Mark lagi. Namun hasilnya masih sama.
bugh
Mark meninju pintu kamar itu sebagai pelampiasan kekesalannya, lalu meninggalkan Haechan yang masih berdiri di balik pintu kamarnya. Sempat tersentak akibat tindakan Mark.
"Stop ganggu gue, Mark"
Haechan sama frustasinya, tidak mudah baginya untuk memperlakukan Mark seperti ini. Haechan hanya ingin berhenti mencintai pria itu, kalau perlu ia ingin membencinya saja. Namun Mark tidak membiarkan usahanya untuk move on berhasil dengan mudah, pria itu hanya membuat semuanya semakin rumit dan sulit.
***
"Jadi apa yang mau lo lakuin abis ini?" Tanya Jaemin setelah mendengar cerita lengkap dari Renjun.
"Emang gue punya pilihan selain move on dari Jeno?" Renjun balik bertanya. Jaemin mengankat kedua bahunya, lalu melempar cola ke arah Renjun yang langsung ditangkap oleh pria itu.
Keduanya duduk selonjoran di lantai ruang tengah, menikmati minuman dingin itu tanpa berbicara lagi. Keduanya sama-sama larut dalam pikirannya masing-masing.
"Lo gimana?" tanya Renjun melirik Jaemin yang tampak lebih dingin dibanding biasanya. Entah karena mereka sudah lama tidak bersua, atau memang ada sesuatu yang membuat pria itu tampak berbeda dari biasanya.
Jaemin tersenyum getir, "Apanya?" tanyanya meski Jaemin tahu maksud pria yang lebih pendek darinya.
"Soal bang Jae-"
"Udah basi kali itu" potong Jaemin sambil tertawa kecil, tak ingin mendengar lanjutan dari perkataan Renjun.
Renjun termenung, bisa menangkap kesedihan dibalik tawa itu. Tangan kecilnya meraih tangan Jaemin yang tampak lebih berotot dari terakhir ia melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITHout YOU - Markhyuck ft. Nohyuck✔️
Romance"Pergi Mark, jangan ganggu gue lagi. Kalo lo cuma mau nyakitin perasaan gue aja" -Haechan "Donghyuck? Nggak lah, ga sudi gue, kalaupun di dunia ini perempuan udah musnah dan tinggal dia satu-satunya orang di dunia ini, gue ga bakalan mau sama dia...