Haechan berkali-kali menyalakan lampu kamarnya, namun lampunya tak kunjung menyala. Ia menghembuskan nafasnya kasar, ia ingin segera mengakhiri harinya dengan damai, namun masalah lain selalu datang mengganggunya.
"Sialan" Haechan mengambil handuk dan piyamanya, lalu bergegas menuju kamar mandi yang berada di samping kanan tangga.
Selesai mandi, ia pergi ke dapur, mengambil sosis dan susu kedelai di dalam kulkas, lalu memakannya di meja makan.
"Bisa-bisanya udah mati lagi"
Haechan bermonolog, mengeluhkan soal lampu kamarnya yang sudah mati lagi walau baru diganti 2 minggu lalu. Ia tidak bisa tidur jika lampu kamarnya mati, ia tidak suka sendirian di tempat gelap, lebih tepatnya ia seorang penakut. Ia sangat anti dengan film atau apapun yang berbau horror, lebih baik ia melihat darah bahkan potongan manusia dibandingkan wajah pucat dengan suara mengerikan yang membuatnya sulit tidur.
Beruntung Haechan masih memiliki lampu cadangan. Ia pun mengambil tangga lipat di gudang, lalu mengambil lampu baru yang ia simpan di laci meja belajarnya. Ia menghela nafas pelan sebelum menaiki tangga lipat yang sudah reyot itu, berdoa semoga nasibnya tidak seperti Kris.
"Bego! Jangan pake tangga ini" bentak Mark.
Haechan sempat terkejut dengan Mark yang muncul tiba-tiba, namun ia sedikit bersyukur dengan kehadiran pria itu karena ia muncul di saat yang tepat.
"Pegangin dong" pintanya sambil menyodorkan lampu bekas yang berhasil ia lepas kepada Mark. Mark menghembuskan nafasnya kesal namun tetap menuruti permintaan Haechan dan mengambil lampu itu.
"Turun, biar gue aja" titah Mark.
"Ga usah, tanggung"
Haechan menolak tawaran Mark. Selama ia bisa menyelesaikannya sendiri, untuk apa meminta bantuan orang lain.
Mark memutar bola matanya, namun tangannya tetap setia memegangi tangga lipatnya agar pria itu tidak jatuh.
"Kaya yang bisa aja lo"
"Yaelah gini doang gue juga bisa kali"
"Cih, belagu. Gue doain lo jatuh, Aamiin" ujar Mark sambil menautkan jemari kedua tangannya di depan dada, membuat pegangan di tangga lipat itu terlepas, tentu saja doanya terkabul dengan cepat.
Tepat setelah Mark berkata 'Aamiin', tangga lipat itu berguncang, membuat tubuh Haechan mulai kehilangan keseimbangannya.
"Eh eh"
Mark tersadar, tangannya segera meraih tangga itu lagi, namun sayangnya tubuh Haechan terlanjur jatuh. Untung saja refleks Mark itu sangat bagus, tangannya dengan sigap memeluk kaki Haechan, dan memangku tubuh itu di pundaknya. Haechan yang terkejut refleks menjambak rambut Mark sebagai pegangannya.
"Ah argh! rambut gue!" Pekik Mark sambil mengaduh kesakitan. Kulit kepalanya terasa berdenyut saat rambutnya ditarik oleh tangan itu, ia yakin di tangan devil Haechan banyak rambut yang terkulai lemas disana.
"Gue harus pegang kemana dong? gue takut jatoh"
"Tapi jangan tarik rambut gue juga dong!"
"Terus gue harus gimana?"
Haechan mulai frustasi karena ia tidak bisa melihat apa-apa karena lampunya masih belum menyala, padahal ia yakin sudah memasangnya dengan benar.
Mark menurunkan tubuh Haechan dengan tergesa, tidak tahan dengan rasa perih di kepalanya. Tangan itu menggosok kepalanya teratur, tubuhnya termundur untuk menjauhi Haechan. Namun sialnya kaki Mark malah terpeleset dan hampir terjatuh jika tangannya tidak cepat berpegangan ke pinggang Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITHout YOU - Markhyuck ft. Nohyuck✔️
Romance"Pergi Mark, jangan ganggu gue lagi. Kalo lo cuma mau nyakitin perasaan gue aja" -Haechan "Donghyuck? Nggak lah, ga sudi gue, kalaupun di dunia ini perempuan udah musnah dan tinggal dia satu-satunya orang di dunia ini, gue ga bakalan mau sama dia...