Part 37 - Pain

947 70 3
                                    

Haechan sengaja mendatangi Mark ke kelasnya, ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang mempertanyakan hubungannya dengan pria asal Kanada itu.

"Gue perlu ngomong sama lo" ujarnya sambil menarik Mark yang dilanda kepanikan atas tindakan sembrono Haechan.

Sepanjang koridor kampus, banyak pasang mata yang menatap aneh kepada keduanya, membuat Mark mau tak mau mengambil alih, kini menarik Haechan ke tempat yang lebih sepi.

"Lo gila?" tanya Mark sedikit jengkel dengan kelakuan Haechan yang seenaknya.

"Lo beneran ga bisa tinggalin Mina demi gue?" todong Haechan, tidak mengindahkan perkataan Mark sebelumnya.

Mark mengambil napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Mark tidak boleh emosi, ia harus menghadapi Haechan dengan kepala dingin.

"Hyuck, tenang du-"

"Jawab gue!" tuntut Haechan sambil menatap sengit ke arah Mark. "Berikan gue alasan yang logis buat tetap milih lo" tegasnya lagi.

Mark memejamkan kedua matanya, ia tidak punya pilihan lain selain mengungkapkan alasannya tidak bisa meninggalkan gadis itu.

"Dia udah dua kali nyoba bunuh diri"

Rahang Haechan jatuh, mulutnya menganga, kedua matanya terbelalak, tidak percaya dengan alasan yang selama ini menahan Mark. 

"Pertama saat gue minta putus setelah liburan ke Jepang waktu itu, dia sempat koma dan dirawat selama satu minggu di rumah sakit. Oh, gue ga mau inget itu lagi"

Mark menggelengkan kepalanya, enggan untuk kembali mengingat masa itu. Masa terberatnya dimana Mark selalu dihantui rasa bersalah sampai memori itu menjadi mimpi buruknya dan menyiksanya setiap malam.

Haechan menangkap sorot kesedihan dari wajah Mark yang menggelap, ia tidak tahu jika selama ini pria di depannya berada dalam kesulitan. Sekarang ia paham dengan alasan dibalik wajah letih dan pipi Mark yang semakin tirus waktu itu. 

"Dan yang terakhir baru terjadi seminggu yang lalu, setelah gue ungkapin perasaan gue ke lo, Hyuck. Gue memberanikan diri buat coba bujuk dia dan bicara baik-baik, tapi percuma dia malah lebih brutal nyoba nusuk lehernya pake gunting" Mark berkata sambil menatap netra Haechan yang memerah.

Haechan meraih tangan Mark yang bergetar hebat, menarik tubuh itu untuk masuk ke dalam pelukannya.

"Gue takut, Hyuck" ucap Mark lirih, membuat Haechan semakin erat memeluk tubuh Mark yang  bergetar karena ketakutan. Kejadian itu menyerang psikologisnya, meninggalkan trauma bagi Mark.

"Ada gue di sini" kata penenang dari Haechan, tangannya menepuk-nepuk punggung itu sampai tubuh Mark berangsur mulai tenang.

Mark balas memeluk Haechan, bersyukur karena Tuhan masih baik padanya karena telah mengirimkan Donghyuck ke sisinya. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Haechan, mataharinya, sumber kehidupannya.

"Gue mungkin bukan yang terbaik buat lo," tutur Mark merenggangkan pelukannya untuk menatap mataharinya, "tapi gue bisa tunjukin hebatnya perasaan dicintai dan mencintai dalam satu waktu" tambahnya kembali membawa tubuh itu ke dalam pelukan.

Senyuman tergambar di wajah Haechan, tangannya semakin erat memeluk sosok cintanya yang selama ini ia dambakan. Perasaan takut dan dilemanya seketika lenyap, ia ingin mempercayai kalimat yang diucapkan Mark. Haechan ingin merasakan itu, setidaknya untuk satu kali dalam hidupnya.


***

Waktu berlalu begitu cepat, hampir sebulan Mark dan Haechan menjalin hubungan secara diam-diam, tanpa seorang pun tahu -kecuali Jaemin. Keduanya berusaha melalui hari demi hari tanpa adanya penyesalan. Mereka tidak peduli, selama hati keduanya saling memiliki, itu sudah lebih cukup. Mereka bahagia dengan caranya sendiri.

WITHout YOU - Markhyuck ft. Nohyuck✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang