Haechan sedang menunggui Mark di ruang tengah, sudah tiga hari lelaki ini tidak pulang dan Haechan sempat marah karena mengira ia menginap di apartemen Mina, namun ternyata Mark menginap di Hendery, teman dekat Mark yang melakukan magang di perusahaan yang sama.
Haechan kembali melirik jam tangannya, lagi-lagi hanya bisa menghembuskan napasnya berat. Sore tadi ia menghubungi Hendery untuk menanyakan Mark, sebab lelaki itu jarang sekali mengangkat atau membalas pesan darinya.
"Masa ga pulang lagi?" keluhnya sambil beranjak, berniat untuk menyerah saja dan kembali ke kamarnya.
Namun saat Haechan akan meraih knop pintu kamarnya, telinganya mendengar seseorang memasuki rumah. Lelaki itu segera berlari dan mendapati sosok Mark yang hendak menaiki tangga.
"Hyungie!" serunya senang sambil memeluk tubuh itu dari belakang, "Kangeeen" ucapnya sambil mengeratkan pelukannya -melepas kerinduan.
Mark tidak merespon, yang terdengar hanya lah helaan napas, membuat Haechan semakin terheran karena Mark tak membalas kalimat rindunya, bahkan melepas pelukannya.
"Gue cape, Chan"
Hanya itu yang diucapkan oleh bibir Mark.
'Chan', entah mengapa Haechan tidak suka mendengar Mark memanggilnya dengan sebutan itu, biasanya Mark selalu memanggilnya dengan sebutan 'Hyuck', persis seperti dulu. Ditambah dengan sikap dinginnya, membuat dada Haechan terasa sesak. Namun ia tidak ambil pusing, tetap mengikuti langkah Mark menaiki tangga, "Kata Hendery lo udah pulang sore tadi, gue udah bikinin nasi goreng kimchi tau, gue kira lo-"
"Chan, Please!" ketus Mark, lelaki itu menghentikan langkahnya lalu membalikkan badanya untuk menatap Haechan sambil memasang wajah datarnya, "Biarin gue sendiri" tambahnya.
Haechan tak mengindahkan perkataan Mark, karena fokusnya sudah teralihkan oleh bulatan berwarna hijau pucat -memar yang memenuhi wajah pria itu. "Muka lo kenapa?" tanyanya panik. Ia baru bisa melihat dengan jelas setelah berhadapan dengan Mark.
Mark menepis tangan Haechan, lalu memalingkan muka. Pikirannya benar-benar kacau hingga tubuhnya lelah. Mark perlu ruang untuk sendiri dan menata pikiran terlebih dulu.
"Jawab Mark" tuntut Haechan sambil menahan Mark yang hendak memasuki kamarnya.
"Jatoh" Jawab Mark asal.
"Jangan bohong sama gue" tegas Haechan sambil menatap tajam ke arah Mark, membuat Mark yang pada dasarnya sedang sensitif menjadi tersulut emosi.
"Tanya aja sama temen kesayangan lo tuh!" sentaknya tepat di depan wajah Haechan, kemudian berlalu meninggalkan Haechan yang masih bergeming di tempatnya.
Haechan terkesiap, otaknya masih mencerna perkataan terakhir Mark, lalu ingatan wajah memar Jeno muncul. Ia mengerti sekarang.
Besoknya Haechan mendatangi Jeno, langsung menyerbu lelaki itu dengan pertanyaan.
"Jeno kenapa lo mukulin Mark?"
Jeno terkekeh mendengarnya, "Dia bilang gitu?" tanyanya balik.
"Jawab pertanyaan gue Lee Jeno!" Haechan menaikkan nada bicaranya, kesal.
"Gue cuma kasih dia pelajaran biar dia ga sia-siain orang sebaik lo, Lee Donghyuck!" sentak Jeno membuat Haechan membeku.
"Gue ga terima lo dimainin sama si breng-"
Plak
Satu tamparan mendarat di pipi kiri Jeno, "Lo ga berhak judge dia kaya gitu" ucap Haechan dengan tegas, "gue kira lo orang yang paling kenal gue, No." tambahnya terdengar kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITHout YOU - Markhyuck ft. Nohyuck✔️
Romance"Pergi Mark, jangan ganggu gue lagi. Kalo lo cuma mau nyakitin perasaan gue aja" -Haechan "Donghyuck? Nggak lah, ga sudi gue, kalaupun di dunia ini perempuan udah musnah dan tinggal dia satu-satunya orang di dunia ini, gue ga bakalan mau sama dia...