"Thanks" Ucap Haechan tersenyum manis sambil melepas helmnya. Rambut coklat miliknya yang tadi sempat ditata sedemikian rupa menjadi sedikit berantakan, membuat sebuah tangan gemas ingin merapikan.
Tangan itu terulur bergerak untuk merapikan rambut itu, membuat pemiliknya sedikit membungkukkan badannya agar pria itu lebih mudah merapikan rambutnya, "Rapihin yang bener ya, Babe" candanya sambil menekankan kata 'babe'.
Jeno tersenyum lebar, lalu mengelus pucuk kepala Haechan pelan "Lain kali bayar gue buat jasa rapihin rambut ya, Babe" Balas Jeno menanggapi candaan Haechan, dalam hati berdoa agar pria itu tetap akan memanggilnya begitu, selamanya.
"Yaelah rapihin rambut aja itungan" Haechan segera menarik kepalanya untuk menjauh lalu merapikan rambutnya sendiri.
Jeno terkekeh melihat tingkah Haechan yang semakin hari semakin menggemaskan. Tangannya bergerak mengacak puncak kepala Haechan, membuat rambut itu kembali berantakan -bahkan lebih berantakan dibanding sebelumnya.
"Eh malah diacak-acak lagi," Protes Haechan, mengerucutkan bibirnya, "Mana ganti rugi!" tagihnya sambil mengulurkan sebelah tangannya.
Jeno meraih tangan itu lalu mengecup telapak tangan kecil Haechan. "Ganti ruginya pake cium aja ya, lagi boke. Bye-bye!"
Jeno kembali menyunggingkan senyumnya, memakai helm lalu melajukan motornya meninggalkan gedung Fakultas Seni.
Mulut Haechan menganga saking terkejutnya, menatap punggung pria tampan yang semakin menjauh dari pandangannya. Tatapannya beralih pada telapak tangannya yang masih terbuka, tak habis pikir dengan kelakuan Jeno yang sering memberinya 'kejutan' tak terduga.
Haechan hanya bisa geleng-geleng kepala, tidak terbiasa dengan perlakuan manis Jeno yang menjadi berlipat ganda setelah ia mengatakan akan berusaha membuka hati untuk pria itu. Namun, sedetik kemudian senyuman terlukis di wajahnya yang sedikit bersemu.
"Apa nih maksudnya?" Tanya Jaemin yang menjadi saksi adegan sabun pagi-pagi di depan gedung Fakultas Seni. Matanya menatap Haechan dengan penuh curiga.
Jaemin tentu menangkap perubahan suasana antara Haechan dan Jeno akhir-akhir ini, dan adegan tadi memperjelas praduganya.
"Apa?" Haechan balik bertanya, membuat Jaemin berdecak kesal.
"Ada apaan lo ama Jeno? Dah resmi nih?"
"Apaan sih rusma-resmi, lo tuh yang ada apaan sama Renjun?!" Tanya Haechan sewot, "lo apain sampe tuh bocah jadi jarang kumpul hah?" Tanyanya lagi sedikit-banyak menuntut.
Jaemin mengumpat dalam hati, Haechan membuatnya semakin kesal karena telah mengingatkannya pada masalahnya dan Renjun yang masih belum menemukan titik terang.
"Gue ga lakuin apa-apa!" Elaknya sambil menaikkan nada bicaranya, membuat Haechan semakin mencurigai gerak-gerik pria kurus di depannya.
"Bacot ah, awas aja kalo lo berdua pacaran mulu sampe anggurin gue! Gue, lo, end!" Omel Jaemin berusaha kembali ke topik awal.
Haechan terkekeh karena berhasil membuat temannya itu kesal, hampir sebulan dan selama itu juga ia selalu menggoda Jaemin soal sikap Renjun yang sedikit beda padanya.
Haechan sangat penasaran namun memilih untuk tetap diam, dan berusaha mengajak Renjun untuk berkumpul meski kembali ditolak oleh pria asal Tiongkok itu. Jujur ia sangat merindukan moment kebersamaan mereka.
***
Lagi-lagi Renjun meminum Lemonade miliknya, sudah 15 menit semenjak ia menemui pria bermata indah itu. Namun, keduanya hanya terdiam seperti orang bisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITHout YOU - Markhyuck ft. Nohyuck✔️
Romance"Pergi Mark, jangan ganggu gue lagi. Kalo lo cuma mau nyakitin perasaan gue aja" -Haechan "Donghyuck? Nggak lah, ga sudi gue, kalaupun di dunia ini perempuan udah musnah dan tinggal dia satu-satunya orang di dunia ini, gue ga bakalan mau sama dia...