Haechan membuka kedua matanya perlahan, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya. Matanya bergerak cepat melirik tempat di sebelahnya saat mengingat potongan memori yang terputar di kepalanya.
KOSONG
Tidak ada sosok Mark yang tersenyum sambil menatapnya hangat.
Tidak ada tangan Mark memeluk erat pinggangnya.
Tidak ada sentuhan dan kalimat manis yang ia dapatkan dari sosok itu...
Sosok yang masih menempati ruang terbesar di hatinya.
"Benar, cuma mimpi"
Haechan membalikan badannya, meringkuk sambil menatap nanar lantai kamar Jaemin. Tentu saja semua itu hanya mimpi, bagaimana mungkin Mark bisa berada di sini?
"Kau sudah bangun"
Tubuh Haechan berjengit kaget saat mendengar suara yang sangat dihafalnya, suara abangnya, Lee Jaehyun.
"Kok abang bisa di sini?" tanya Haechan bangkit dari posisinya, menatap heran ke arah Jaehyun yang perlahan mendekat. Sang kakak menempelkan punggung tangannya di dahi sang adik, demamnya sudah turun.
"Syukur deh demamnya udah turun" gumam Jaehyun alih-alih menjawab pertanyaan dari Haechan.
"Jawab dulu, bang"
Jaehyun mendudukan dirinya di tepi ranjang, "Abang dipindah tugaskan ke cabang sini"
"Tiba-tiba?" tanya Haechan polos. Tentu saja kepindahan Jaehyun yang mendadak terasa aneh dan janggal.
"Sudahlah, yang penting abang disini" Jaehyun tiba-tiba memeluk tubuh adiknya, "tidak seharusnya kau melewati semuanya sendiri, Hyuck" tambahnya membuat tubuh dalam dekapannya mengejat kaku. Tangan Jaehyun menepuk-nepuk punggung sempit itu pelan dengan tempo yang teratur, perlahan membuat Haechan melunak.
"Saatnya kau melepaskan semuanya, Hyuck"
Air matanya kembali meleleh dalam dekapan hangat sang kakak, sungguh Haechan sudah lelah terus menangis. Namun, entah kenapa air matanya terus jatuh seakan tak ada habisnya.
"Sudah cukup sedihnya oke? biarkan dirimu bahagia"
Haechan malah semakin terisak, semakin mengeratkan pelukannya. Ia juga ingin bahagia, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Sebab bersama Mark yang sangat dia cintai dan yakini sebagai sumber kebahagiannya pun tak menjadikannya nyata. Lantas bagaimana bisa ia berbahagia?
Sementara di sisi lain, Mark mendatangi Mina setelah mendengar cerita dari Renjun bahwa gadis itu kembali dirawat di rumah sakit. Lelaki itu menarik napas panjang, sebelum memutuskan untuk membuka pintu di depannya.
"Mark?"
Mina sedikit terkejut dengan kehadiran pria itu, tak menyangka jika Mark masih mau menemuinya. Kejadian terakhir membuatnya sadar, bahwa Mark bisa dengan mudah meninggalkannya, bahwa gadis itu bisa kehilangan lelaki itu kapan saja.
Mark masih bungkam, kakinya perlahan mendekat ke arah Mina yang masih terkulai lemah di atas ranjang rumah sakit. Kali ini bukan karena bunuh diri, melainkan keram perut yang hampir saja merenggut nyawa dalam rahim gadis itu.
"Maafkan aku, kumohon jangan pergi"
"Aku janji akan berubah, aku akan melakukan apapun"
"Asalkan kau mau terus bersamaku, Mark"
Tangan Mark meraih jemari Mina yang sedari tadi menarik ujung jaketnya, menuntun tangan ke dalam genggamannya. Lelaki itu menjatuhkan tubuhnya pada kursi di samping ranjang, duduk menghadap Mina yang masih setia menatapnya dengan wajah yang diwarnai tangisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITHout YOU - Markhyuck ft. Nohyuck✔️
Roman d'amour"Pergi Mark, jangan ganggu gue lagi. Kalo lo cuma mau nyakitin perasaan gue aja" -Haechan "Donghyuck? Nggak lah, ga sudi gue, kalaupun di dunia ini perempuan udah musnah dan tinggal dia satu-satunya orang di dunia ini, gue ga bakalan mau sama dia...