Chapter 42✓

36 5 0
                                    

Hai, Readque
|•Selamat membaca•|

Enjoiii

***

CHAPTER 42 : HANYUT

"Aliran sungai ini cukup deras. Tapi aku menikmatinya bagai terhayut dalam pelukan-Nya."

-Malvin Alderio-

🖤🖤🖤

Malvin mengeraskan rahangnya. "Cepetan!"

Rasmus tetap keukeuh, ia menggeleng tegas. "Tidak, lebih baik saya mati dari pada harus dihukum jika anda tidak selamat." ucapnya tegas.

Mereka pun saling tatap dengan tatapan sulit di artikan sembari berhitung mundur tanpa bergerak untuk segera melarikan diri.

"Tiga"

"Dua"

"Satu"

DUAARRRR

Tepat saat itu juga tubuh keduanya terpental jauh hingga menembus kaca di bagian samping tangga darurat. Malvin memejamkan mata ketika punggungnya menabrak kaca. Dapat ia rasakan tubuhnya melayang setelah menembus kaca itu. Ia membuka mata dan menghindari pecahan kaca yang mengenai wajahnya. Sekilas ia melihat Rasmus juga terpental dari jendela menghadap ke arahnya. Tubuh mereka sama melayang di udara sebelum akhirnya terjatuh di sungai yang berada di belakang mall itu. Entah siapa pemilik mall itu, yang pasti ada sebuah sungai yang cukup besar di belakangnya.

BYURRR

BYURRR

Malvin memejamkan matanya ketika merasakan tubuhnya basah dan tenggelam. Tubuhnya terasa remuk dan lemas. Ia tak kuasa menahan derasnya arus yang menggiring tubuhnya hingga menabrak beberapa batu. Nafasnya terasa sesak dan kakinya mendadak kram. Ia memekik dalam hati dan berusaha untuk bergerak namun terasa semakin sakit.

Ma, maafin Malvin nggak bisa jagain mama nanti.

Malvin nggak kuat maaaa

S-sakit maa, dada Malvin sesekk

Malvin tenggelam ma, dan bentar lagi hayut

Maafff dan terimakasih

Di saat dirinya di ambang maut, seseorang yang ia ingat adalah mamanya. Orang yang sudah berjuang membesarkannya. Ia merasa gagal karena tidak bisa berjuang melawan semua ini. Tapi jika ini memang takdirnya, ia tidak bisa apa-apa. Ia hanya pasrah menerima apapun yang akan terjadi nantinya.

Ketika hendak memejamkan mata, bayangan Enola melintas di ingatannya. Ia kembali membuka matanya dan menggeleng di dalam air. Tidak! Ia tidak boleh lemah. Ia akan memperjuangkannya demi cintanya. Demi Enola! Ia sudah berjanji akan memperjuangkan Enola hingga ajal menjemput. Iya, ia harus kuat melawan arus ini.

Sekuat mungkin ia berenang naik ke atas permukaan. Tangannya meraih dahan pohon yang menggantung di atas sungai. "ARGHHHH." pekiknya sekuat tenaga berusaha menaiki dahan itu. Ia mendesis ketika luka akibat pukulan dan pecahan kacanya terasa perih. Ia menatap Rasmus yang berada cukup jauh darinya. Terlihat Rasmus tengah berenang ke tepian kemudian menyenderkan tubuhnya di batu besar.

Malvinola | My Robot Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang