~Chapter ke 13~

72 17 0
                                    

Aldan berlari menghampiri tubuh Nara yang tergeletak tak berdaya. Ia mengangkat kepala Nara dan meletakkan nya di pahanya sambil menepuk nepuk pelan pipi Nara berharap Nara membuka matanya namun nihil, Nara sama sekali tak bergerak sedikit pun. Darah segar masih mengucur deras dari dahi Nara.

"Nar, bangun!!" ucap Aldan sambil menepuk pelan pipi Nara.

"Nar, bangun. Jangan buat gue khawatir." ucap Aldan. Air mata yang sedari tadi ditahannya pun akhirnya meluncur bebas. Ia benar benar takut kehilangan Nara.

"Siapa pun, tolong hubungi ambulance." teriak Aldan disela sela tangisnya.

"Dan, gue udah telpon ambulance. Ambulance nya lagi otw ke sini," ucap salah satu sahabat aldan sekaligus anak Alfaroz juga.

Beberapa menit kemudian terdengar sirene ambulance menggema, petugas rumah sakit turun dari ambulance sambil mengangkat brankar. tubuh Nara di pindahkan ke atas brankar, kemudian di masuk kan ke dalam mobil ambulance. Aldan ikut menemani Nara didalam mobil ambulance. Selama perjalanan menuju rumah sakit tangan Aldan selalu menggenggam tangan mungil milik Nara.

Semua anak anak Alfaroz mengikuti dari belakang mobil ambulance yang membawa Nara dengan menggunakan motornya masing masing ada juga yang boncengan.

Sementara Devran berdiri mematung, tak percaya atas apa yang sudah diperbuatnya kepada nara. Gara-gara sebuah dendam ia tak sengaja memukul Nara yang notabene nya sebagai adik sepupunya hingga kepalanya terbentur tiang bangunan. Pasti setelah ini orang orang akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi dengan Nara, bahkan mama papa nya pasti juga akan ikut ikut an menyalahkan dirinya.

Mobil ambulance yang membawa Nara telah sampai di depan rumah sakit, Aldan segera keluar mencari bantuan dokter ataupun suster untuk segera menindak lanjuti luka Nara. Nara dibawa ke ruang IGD guna di tindak lanjuti oleh dokter dokter yang ada disana.

Aldan mendudukkan dirinya dikursi depan ruang IGD, ia menundukkan kepalanya lesu. Ia sangat khawatir dengan keadaan Nara, apalagi sudah sekitar satu jam dokter yang menangani Nara di dalam belum juga kunjung keluar.Sepuluh menit kemudian akhirnya dokter yang menangani Nara keluar dari ruang IGD. Aldan dengan sigap menghampiri dokter tersebut.

"Dokter, gimana kondisinya Nara" tanya Aldan dengan sedikit menekan, karena dokter itu tak kunjung memberikan penjelasan tentang bagaimana kondisi Nara saat ini. Aldan yang geram karena dokter itu tak kunjung memberikan jawaban atas pertanyaannya pun hendak memberikan bogeman mentah kepada dokter itu, tapi sebelum itu Alvano segera menarik tangan aldan dan membawa nya menjauh dari tempat itu.

"Inget dan! dia itu cewek." ucap Alvano setelah sampai ditempat yang lumayan sepi.

"Gue cuman ingin tau gimana kondisinya Nara, van."

"Iya gue tau, tapi caranya nggak gitu. Mungkin, dokter itu ragu mau ngasih tau lo karena melihat keadaan lo yang begini."

"Gue takut van, kalo Nara kenapa napa gimana?"

"Kalo itu sampe terjadi gue akan ngerasa bersalah banget va. Gue yang udah ngasih tau Nara kalo kita akan tawuran."

"Percaya sama gue, Nara pasti akan baik baik saja."

"Sekarang tenangin diri lo, kalo udah ngerasa baikan baru kita balik ke ruangan Nara."

Aldan menenangkan dirinya, ia duduk di kursi yang disediakan oleh rumah sakit. Ia menarik nafas nya dalam dalam dan menghembuskan nya secara kasar. Setelah di rasa membaik ia kembali lagi ke ruangan Nara.

"Udah baikan." tanya Alvano

"Udah,"

Aldan dan Alvano berjalan kembali menuju ruangan Nara. Ia menemui dokter tadi dan meminta penjelasan tentang kondisi Nara.

Beautiful Scenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang