"Ekhemm ekhem serius amat, Bu, belajar nya?" celetuk Nara sembari mendaratkan bokongnya disamping Afsa.
"Diem lu, lagi pusing nih gue."
"Pusing kenapa?" tanya Nara sambil membuka lembar demi lembar buku paketnya mencari materinya.
Afsa menutup buku paket yang sedari tadi dibacanya kemudian menatap ke arah Nara dengan malas. "Ya pusing lah, nanti gue mau minta contekan sama siapa. Secara kan, gue sama lu beda ruangan."
Nara hanya manggut-manggut mendengar perkataan Afsa.
"Gitu aja dipusingin." celetuk Nara tanpa beban.Sementara Afsa dan Alsa memelototkan matanya. Gimana tidak pusing, hari pertama pelaksanaan ujian saja sudah dikasih mata pelajaran yang bisa membuat rasanya kepala mau pecah. Bagaimana tidak, Matematika, Ekonomi, Bahasa Inggris. Jika ketiga mata pelajaran tersebut disatukan dalam sehari, maka bisa dipastikan akan membuat orang itu pusing tujuh keliling.
Apalagi Afsa dan Alsa yang IQ nya bisa dikatakan sedikit rendah. Berbeda dengan Nara yang IQ nya tinggi.
"Gitu aja lo bilang? Ini nih, kalo otaknya isinya jawaban soal semua. Lo mah mana pernah ngerasain betapa sulitnya mengerjakan soal tanpa contekan." jawab Alsa sambil menatap sinis Nara.
"Iya, bener tuh. Bahkan sambil merem aja lu bisa kerjain tuh soal." sahut Afsa yang membenarkan perkataan Alsa barusan. Setelah nya 'Duo A' tersebut bertos ria karena merasa senasib.
Nara menghembuskan nafas kasar lalu menutup buku paketnya sejenak. Menatap jengah Duo A di samping nya. Dikira mengerjakan soal nggak butuh mikir dulu apa?
"Ya nggak gitu juga kali. Lo kira ngerjain soal nggak butuh belajar apa, orang pintar juga butuh belajar. Kalo misal nggak belajar nih, iya kalo keluar nya tuh materi yang masih diingat, kalo nggak gimana? Jangan hanya ngandelin kepintaran doang, tapi juga harus banyak belajar biar wawasannya juga makin nambah.""Nah itu tau. Lo aja yang udah dari sononya pintar masih belajar. Gimana sama kita?"
"Ya makanya belajar jangan ngoceh mulu daritadi. Ngoceh nggak bakalan bikin kalian berdua bisa pintar!"
"Gue yakin, lo pasti bisa!!" Nara kembali membuka bukunya lalu meneruskan bacaannya tadi yang sempat tertunda. Sedangkan Duo A pun mengikuti aktivitas yang sama dengan Nara. Hening, itulah yang dirasakan Nara. Namun, samar-samar ia mendengar Afsa dan Alsa tengah berbisik-bisik sesuatu yang membuat Nara curiga.
Afsa menyenggol pelan lengan Alsa yang sedang fokus belajar. Sedangkan yang disenggol masih terus fokus pada bacaannya.
Afsa mendengus sudah beberapa kali dirinya berusaha menyenggol lengan Alsa namun anak itu masih belum meresponnya. Tak hanya berhenti disitu saja. Sebuah ide jahil terlintas di otak mungilnya.
Ia memiringkan kepalanya menghadap ke arah tepat samping buku yang sedang dibaca oleh Alsa. Yang jika Alsa menoleh sedikit saja maka otomatis wajah imut nan menggemaskan milik Afsa akan terlihat.
"Setan!" umpat Alsa begitu melihat wajah Afsa yang tengah tersenyum manis ke arahnya.
Senyum Afsa mendadak luntur begitu mendengar perkataan Alsa barusan dan tergantikan dengan raut wajah kesal.
Tak!
Dengan rasa kesal yang masih menggelora diambilnya buku paket miliknya lalu di timpukan nya di kepala Alsa sehingga membuat Alsa meringis kesakitan.
"Gue manusia bukan setan. Cewe tercantik, seksoy aduhai bohayyy gini lo bilang setan. Lu nggak katarak kan, Al?" jawab Afsa dengan ketus.
"Ya lagian lo ngapain kayak gitu tadi? Bikin orang kaget aja." Alsa mengusap-usap kepalanya yang terkena timpukan maut Afsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Scenario Allah
Teen Fiction"Mungkin 2 tahun adalah waktu yang sangat lama bagi semua orang. Namun tidak bagiku, waktu 2 tahun tidak cukup untukku menghapus nama mu dari hatiku." ~Kinara Syaquilla Nafizza~ "Maafkan aku yang dulu pernah menggoreskan luka di hatimu hingga kamu t...