~Chapter ke 18~

71 14 0
                                    

Setelah 5 menit dokter rere sibuk meneriksa kondisi Nara yang kembali drop, dokter mengatakan bahwa Nara hanya kelelahan sampai akhirnya jatuh pingsan.

Dokter rere keluar dari ruangan Nara bersama 1 orang perawat yang membantunya.

"Pasien hanya kelelahan akibat terlalu lama diluar, ia hanya butuh waktu istirahat lebih lama. Dan kalo bisa jangan keluar dari ruangan ini dulu, karena tubuh pasien masih lemah,"

"Kalo gitu saya permisi," dokter rere dan perawat tadi berlalu meninggalkan semua orang.

Mereka semua masuk kembali kedalam ruangan Nara, dan menunggu Nara yang belum bangun dari pingsan nya.

Perlahan lahan bulu mata lentik itu terbuka menampilkan kornea mata berwarna coklat kehitam hitaman, Nara mengedarkan pandangannya dan menatap satu persatu orang yang ada didalam ruangan itu.

"Nara, maafin gue ya. Gara gara gue lo jadi kepikiran hingga akhirnya lo jatuh pingsan," suara Kevin lah yang pertama memecah keheningan yang terjadi di ruangan itu.

"Gue becanda kok, tadi, beneran deh!"ucap nya meyakinkan.

Nara hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Bukan salah lo kok, udah nggak usah minta maaf. Lagian orang lo nggak salah kok ngapain juga lo minta maaf? Gue juga cuma kecapean aja kok,"

"Tapi beneran nar, gue merasa bersalah sama lo,"

"Lo nggak berbuat kesalahan ngapain juga lo merasa bersalah, ini tu salah gue harusnya gue dengerin apa kata umma. Tapi gue malah, kekeh ingin keluar ya jadi gini deh akhirnya,"

"Tante juga minta maaf ya nar, harusnya tadi Tante nggak nurutin apa mau mu jadinya nggak akan seperti ini." ujar Tante Syifa meminta maaf kepada Nara. Ia merasa bersalah karena tadi ia yang membawa Nara jalan-jalan ditaman Rumah Sakit.

"Ini juga ikut ikutan minta maaf, ini tuh bukan salah kalian. tapi salah Nara sendiri, jadi udah nggak usah ngerasa bersalah, oke!!"

****

Hari ini tepatnya setelah kurang lebih 6 harian Nara dirawat di rumah sakit dengan berat hati akhirnya dokter rere mengizinkan Nara pulang dengan catatan tidak boleh kecapean, tidak boleh terlalu banyak pikiran.

Umma tengah menata baju baju Nara untuk dimasukkan kedalam tas. Sedangkan Abba sedang mengurusi masalah administrasi.

Seluruh keluarga Nara dan teman terdekat Nara juga sudah mengetahui penyakit nara bahkan nara sendiri pun sudah mengetahuinya.

Beberapa menit kemudian pintu dibuka oleh Abba yang sudah selesai mengurusi masalah administrasi.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabaratuh,"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabaratuh,"

"Eh Abba, udah selesai ngurusin administrasi nya?

"Udah,"

"Apa semuanya sudah siap semua, umma?"

"Sudah, abba, tinggal menunggu Nara nya saja,"

5 menit kemudian Nara keluar dari kamar mandi dan menghampiri kedua orang tuanya yang tengah menunggunya.

"Ayo!"

Saat ingin melangkah meraih kenop pintu, tiba tiba pintu terbuka dengan sendirinya dan nampaklah seorang perawat dengan sebuah amplop berisi surat di tangannya.

"Selamat siang pak, buk," ujar perawat itu menyapa orang tua Nara dengan sopan.

"Siang juga, sus,"

"Ini saya mau menyampaikan amanah dari dokter rere, beliau tidak bisa memberikannya secara langsung kepada Mbak Nara dikarenakan beliau sedang bertugas." ujar sang perawat sambil menyodorkan amplop yang berisi surat tersebut. Nara menerima amplop yang tadi dititipkan ke perawat.

Beautiful Scenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang