~Chapter ke 27~

37 4 1
                                    

Weekend ini Afsa mengajak Nara untuk menemaninya jalan-jalan ke mall sekaligus menghibur Nara yang sejak kemarin terlihat resah, gelisah, galau dan merana.

"Nar, pokoknya hari ini lu harus happy. Apapun yang lu mau beli aja, ntar gua yang bayarin," ucap Afsa dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya. Berbeda dengan Nara yang terlihat murung dengan tatapan lurus ke depan.

Afsa menoleh ke arah Nara yang tak kunjung merespon celotehannya. Ia menghembuskan nafas kasar lalu mengajak Nara untuk duduk disalah satu kursi panjang yang memang disediakan oleh mall tersebut.

"Nar, udah napa jangan sedih mulu. Lu nggak capek apa sedih terus. Gua aja yang lihat capek,"

'Sampe segitunya Nara mikirin 'buayanya' itu. Gua nggak bisa bayangin sehancur apa nanti hati lu. Saat lu tahu kebenarannya bahwa pacar lu itu pacaran lagi alias punya pacar lagi.' batin Afsa sambil menatap Nara miris.

"Udah semingguan Aldan nggak ada kabarnya, Fa, gue khawatir sama dia," jawab Nara sembari menoleh singkat ke arah Afsa dan menanggapinya.

"Gue nggak tahu gimana keadaan dia saat ini, Fa. Kita sama sekali nggak ada komunikasi," imbuhnya.

"Positif thinking aja mungkin pacar lu itu lagi sibuk."

"Tenang aja gua yakin pasti nanti Aldan ngasih kabar ke lu kok. Mungkin sekarang dia lagi sibuk sampai nggak sempet ngasih kabar ke lu." Afsa mencoba menenangkan hati dan pikiran Nara yang saat ini tengah kalut.

"Udahlah, Nar, daripada lu galau mikirin si Aldan mendingan kita happy happy. Shoping bareng, gua ngajak lu kesini tuh tujuannya mau refreshing otak biar seger bukannya nemenin lu ngegalau begini. Nggak cukup apa galaunya kemarin? Pas guru nanya apakah lu bersedia maju kedepan atau tidak, jawaban lu malah Aldan."

"Emang sekhusyuk itu ya lu memikirkan Aldan?" Celetuk Afsa dengan muka polosnya.

FLashback on

Seluruh murid kelas XII IPS 3 sedang fokus mendengarkan materi yang sedang diterangkan didepan kelas oleh sang guru pengampu. Namun tidak dengan Nara, disaat yang lain sedang fokus mendengarkan materi dirinya malah fokus ke hal lain. Raganya memang berada didalam kelas itu, namun, pikirannya berkelana dari sabang sampai merauke.

Ditengah asyiknya berkelana, sang guru pengampu tiba-tiba meminta Nara agar maju kedepan dan mencoba mengerjakan materi yang baru saja dijelaskan.

"Nara, coba kamu maju kedepan dan kerjakan soal yang sudah Ibu jelaskan tadi materinya," pinta sang guru pengampu meminta Nara agar maju dan mengerjakan soal yang ada di papan tulis.

Nara masih saja asyik dengan lamunannya sendiri.

"Nara?" panggil sang guru karena Nara tak kunjung menanggapi.

"Nara?" panggilnya sekali lagi dengan nada suara yang naik satu oktav.

Dipanggilan kedua lah Nara baru sadar dari lamunannya, dan menjawab, " Eh, iya, Aldan kenapa?" jawab Nara tanpa sadar.

Sang guru hanya tersenyum melihat respon dari muridnya tersebut. Sepertinya, muridnya ini lagi galau memikirkan seseorang yang istimewa baginya, pikirnya.

Sedangkan Nara meringis malu karena salah menyebut nama sang guru. Bisa-bisanya dia mengira kalau gurunya adalah Aldan. Sungguh, Nara sangat merutuki kebodohannya sendiri.

Kini kelas Nara menjadi heboh gegara Nara salah menyebut nama sang guru dan malah menyebut nama Aldan.

"Ekhem, Aldan nggak tuh yang disebut Nara."

Beautiful Scenario AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang