𝓓𝓸𝓴𝓽𝓮𝓻 𝓱𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓭𝓪𝓹𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓲𝓪𝓰𝓷𝓸𝓼𝓲𝓼 𝓷𝓪𝓶𝓾𝓷
𝓣𝓾𝓱𝓪𝓷 𝓵𝓪𝓱 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓴𝓾𝓪𝓼𝓪 𝓪𝓽𝓪𝓼 𝓼𝓮𝓰𝓪𝓵𝓪𝓷𝔂𝓪
"Sejak saat itu aku mengenal Kak Alva"
"Dengan sejuta kebohongan yang ia tutupi dari ku dan orang-orang t...
Azhima dengan cepat menyelesaikan tugasnya dengan sangat teliti. Setelah mengumpulkan tugas, segera ia berlari menemui Alva. Tidak sabar ia untuk menghajar nya hingga kekesalannya habis.
Dari kejauhan, Azhima melihat Alva mengobrol dengan sahabatnya, Tio. Tumben aja kak Lian nggak ada? Biasanya selalu bertiga. Pikir Azhima.
Berjalan dengan tergesa-gesa. Seperti tidak sabar dan siap meluncurkan emosinya.
"Kak Alva!!" teriaknya lantang. Saat tiba, langsung ia memukulnya dengan setumpuk buku cetak yang cukup tebal. "Aduhhhh. Azhima. Apa-apaan sih? Datang-datang langsung mukulin orang" mengelus bekas pukulan Azhima. Itu bentuk pelampiasan amarahnya Azhima yang ia tahan lama.
"Kak Alva kenapa sih suka banget buat orang jengkel!?" pekik Azhima penuh kesal. Kembali Azhima melontarkan pukulannya namun tak berasa menyakitkan. "Udah Azhima. Udah" Tio meringis mencoba melerai. "Abis, ngeselin" mulai ngambek.
"Sebenarnya ada apa?" Tanya Tio ingin tahu. "Kak Alva _" langsung menarik lengan Azhima, membawanya ke tempat biasa mereka bersama.
"Kak lepasin. Nggak muhrim" terhenti di depan cafe. "Yang meluk aku di taman pas belum kenal sama sekali siapa?" "Eeeeeee" mencoba mengelak. Alva kembali menarik lengan Azhima. Sontak Azhima menepis tangan Alva dan berjalan mendahuluinya.
Sembari duduk "Seharusnya aku yang marah sama kamu. Yang tiba-tiba datang langsung mukulin orang.'' "Iya. Kak Alva yang paling benar dan sempurna. Azhima minta maaf" memohon maaf dengan malu. Alva menghela napas dan melukis senyum.
"Emangnya kenapa? Sibuk?" Melanjutkan pertanyaan Azhima kemarin malam. "Ya ampun, kak Alva" teriak Azhima terdengar hingga memenuhi sudut ruangan. "Tau nggak, aku ga jadi kencan sama kak Ali karena kak Alva!"
"Kamu kan udah memiliki janji sama orang, yaitu aku. Dan itu lebih dulu" mengingatkan kembali janjinya. "Aku tahu kak, tapi_" "Kamu pilih aja, Jungleland atau kencan kamu?" Sambungnya malas "ya udah. Kamu pilih kencan" berdiri meninggalkan Azhima. Ekspresi datar dan penuh kegagalan.
"Kak Alva nggak bisa gitu. Kak!!"
"Oke besok pergi" pasrah mengalah. Sebenarnya dalam hatinya masih penuh kebimbangan. Semua rela ia lakukan demi tidak mengecewakan seseorang yang selalu ada saat tugas-tugas kuliahnya menumpuk. Juga pencetak tawa dan ceriwis cerianya.
Alva mengacungkan tanda oke dari kejauhan tanpa membalikkan badan.
><
Keesokan harinya, Azhima sudah terduduk berdandan didepan meja riasnya. Ia mengoles Lip Tint peach pada bibir tipis nya. Ia juga memakai maskara bening lalu melentikkan nya. Setelah selesai berdandan dengan polesan akhir di pipi ia berdiri dari duduknya. Beralih mengaca di kaca yang bersandar di dinding serta ukuran tinggi badan Kiki.