𝓓𝓸𝓴𝓽𝓮𝓻 𝓱𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓭𝓪𝓹𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓲𝓪𝓰𝓷𝓸𝓼𝓲𝓼 𝓷𝓪𝓶𝓾𝓷
𝓣𝓾𝓱𝓪𝓷 𝓵𝓪𝓱 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓴𝓾𝓪𝓼𝓪 𝓪𝓽𝓪𝓼 𝓼𝓮𝓰𝓪𝓵𝓪𝓷𝔂𝓪
"Sejak saat itu aku mengenal Kak Alva"
"Dengan sejuta kebohongan yang ia tutupi dari ku dan orang-orang t...
Alva dan Tio membantu Lian memperbaiki skripsinya yang tidak berhasil. Suasana canda dan tawa kembali lagi di hubungan persahabatan mereka yang dulu tengah hilang. Tio terlihat sangat iseng meledek Lian yang lagi sibuk-sibuknya menghitung lembar kertas.
Lian harus mengulang kembali karena ketidak fokusnya sebab Tio yang mengganggunya. Alva tersenyum lebar melihat persahabatannya rukun kembali. Alva tidak akan menyangka jika ia masih bisa melihat kedua sahabatnya tertawa terbahak-bahak di depannya. Ia pikir, semuanya tidak akan terjadi sebab masalah yang tidak akan terselesaikan.
Lian meminta bantuan Alva untuk membantu menghitung lembar kerjanya, karena ia sudah mulai jengkel dan tak sabar karena ulah Tio.
Tio dari dulu anaknya si paling iseng dan ngeselin di Persahabatan mereka. Suka sekali membuat bercandaan, namun semua itu tidak sia-sia karena tingkah lucunya berhasil membuat keduanya tertawa.
Tiba-tiba disaat suasana mengasyikkan itu, Azhima datang membawa ekspresi berapi-api sambil menggenggam handphone di tangannya.
"Kak Alva!!!" berteriak dari kejauhan dan berjalan tergesa-gesa. "Ini apa?" Menunjukkan putaran vidio. Azhima datang dengan berlinang air mata, seperti kecewa.
"Jawab kak!!!" Teriaknya semakin lantang.
Alva terbangun dari duduknya.
Senyum yang baru terlukis, kembali mulai memudar saat melihat putaran video yang Azhima tunjukkan pada Alva.
"Aku_" berusaha menjelaskan dengan nada terpotong sebab belum siap. Azhima menggeleng-geleng sangat kecewa.
Video yang ditunjukkan tersebut adalah video saat Tio menjelaskan ke Lian tentang penyakit Alva.
Kini video itu tangah viral dan diperbincangkan ke seluruh sudut kampus.
Alva terdiam membisu. Tidak sanggup mengakui. Apa yang ia takutkan kini terjadi. Semuanya terbongkar. Azhima kini mengetahui semuanya.
"Aku nggak suka dibohongi kak" dengan jelas. Air mata muncul membuat mata Azhima semakin tenggelam.
"Ini'' sambungnya sambil menatap tajam dengan derai air mata siap menguncur ''Aku ga suka!!!" teriaknya membanting keras dengan sekuat tenaga. Ia membanting benda berharga dari Alva ke atas lantai. Kemudian benda itu pecah berkeping-keping. Langsung air mata Azhima meluncur deras tanpa terkendali.
Bendungan yang awalnya ia bangun tinggi untuk menahan derasnya air, kini jebol. Hancur.
Dalam hati Alva menjerit melihat pemberiannya sengaja dibanting Azhima didepannya. Lalu Azhima pergi dengan luapan isak tangisnya. Meninggalkan Alva yang masih tidak bisa menjawab.