Bab 9

22 3 0
                                    

ᴀꜱꜱᴀʟᴀᴍᴜᴀʟᴀɪᴋᴜᴍʜᴀɪ ꜰʀɪᴇɴᴅʟʏ 👋••ᴶᵃⁿᵍᵃⁿ ᴸᵘᵖᵃ ⱽᵒᵗᵉ ʸᵃ⭐ˢᵉˡᵃᵐᵃᵗ ᴹᵉᵐᵇᵃᶜᵃ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴀꜱꜱᴀʟᴀᴍᴜᴀʟᴀɪᴋᴜᴍ
ʜᴀɪ ꜰʀɪᴇɴᴅʟʏ 👋


ᴶᵃⁿᵍᵃⁿ ᴸᵘᵖᵃ ⱽᵒᵗᵉ ʸᵃ⭐
ˢᵉˡᵃᵐᵃᵗ ᴹᵉᵐᵇᵃᶜᵃ

><

"Gimana, sudah enakan?" Menanyakan keadaan Alva. "Lumayan ma" senyum tipis. Mama berjalan mendekati Alva yang memandangi kolam. "Pasti karena Azhima datang kamu langsung sembuh" mencoba menggoda. Alva membuang muka malas mendengar nama itu disebut.

"Kamu itu, sama perempuan jangan dingin-dingin banget dong. Kan mereka jadi takut dan menghindar sama kamu" menasehati mengelus punggung Alva. Alva terdiam memandangi air kolam yang bergoyang terkena sepoi angin. Masih ingat kejadian kemarin, saat dirinya pingsan dan diberi nafas buatan dari cewek yang belum ia kenal namanya.

Ia hanya merasa cuek tak peduli apa yang dikatakan oleh Vatma. "Dengerin apa kata mama. Hal itu nggak boleh terjadi apalagi ke Keisha." "Sudah. Mama mau kedalam" meninggalkan Alva yang sibuk memandangi kolam.

Alva memang anaknya seperti itu, semenjak papanya tidak pernah pulang karena sibuk dengan dunia kerja, ia menjadi cuek, dingin, dan terlalu sibuk. Namun, ia tak luput memberi perhatian dan kepedulian kepada orang-orang disekitarnya. Paling utama perempuan yang ia sayang. Vatma. Tidak ada yang kedua dalam buku kamus Alva.

Seorang art datang memberitahu bahwa temannya Tio dan Lian datang dan sudah menunggu di ruang tamu. Alva segera menghampiri mereka berdua serta ada sesuatu yang ingin dibicarakan.

"Tio, Lian" ia berhenti ditengah langkah. Melaju lagi menuju Tio dan Lian dengan kilat, lalu menyentil jidat keduanya dengan cukup keras. Keduanya meringis menahan sakit yang tak seberapa, hanya saja mereka berdua lebai.

Keduanya dibingungkan dengan tingkah Alva. Bukannya melayani atau menyuruh duduk. Malah langsung menyentil jidat orang sembarangan.

Keduanya duduk terdiam berdampingan. Suasana berubah sepi, Alva yang duduk di depan Tio dan Lian siap menyidang keduanya dengan cara memberi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya mengusik Alva sebelumnya.

"Pertama. Apa yang kalian katakan tentang aku ke bocah nyebelin itu?" Mata menatap tajam. "Hah? Bocah siapa?" Tio kebingungan dan bertanya balik. "Calon mahasiswa yang aku hukum kemarin." "Va, yang lo hukum kemarin kan banyak. Terus yang mana?" "Dasar Tio, yang bawa mobil sendiri ke kampus dan nabrak mobil Alva" Lian yang cerdik sedikit-sedikit membenarkan pertanyaan. Alva mengangguk dan mengacungkan jempol ke Lian. "Ohhhh, itu?" Membulatkan mulut.

"Nggak. Kita nggak cerita apa-apa ya?" Menjawab dengan keraguan. "Bener?" Lian dan Tio mengangguk.

"Pertanyaan terakhir. Siapa yang kasih alamat rumah ku ke dia?"

AlvandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang