Bab 24

5 2 0
                                    

ᴀꜱꜱᴀʟᴀᴍᴜᴀʟᴀɪᴋᴜᴍʜᴀɪ ꜰʀɪᴇɴᴅʟʏ 👋••ᴶᵃⁿᵍᵃⁿ ᴸᵘᵖᵃ ⱽᵒᵗᵉ ʸᵃ⭐ˢᵉˡᵃᵐᵃᵗ ᴹᵉᵐᵇᵃᶜᵃ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴀꜱꜱᴀʟᴀᴍᴜᴀʟᴀɪᴋᴜᴍ
ʜᴀɪ ꜰʀɪᴇɴᴅʟʏ 👋


ᴶᵃⁿᵍᵃⁿ ᴸᵘᵖᵃ ⱽᵒᵗᵉ ʸᵃ⭐
ˢᵉˡᵃᵐᵃᵗ ᴹᵉᵐᵇᵃᶜᵃ

><

Azhima baru teringat setelah hari ini bertemu dengan Alva, bahwa ia ada janji dengan Alva kemarin. Terus dia tidak datang karena sibuk menyiapkan kejutan untuk Ali yang nyatanya sia-sia saja. Kini ia sangat menyesal dan merasa bersalah. Ia merentangkan tubuhnya di atas kasur dan mengeluh. "Azhimaaaaa, kenapa sebodoh itu?"

"Kak ketemuan yuk. Di taman deket kampus. Ada yang ingin aku bicarakan" telponnya. "Mending istirahat dulu, kalo udah sembuh kita ketemu." "Nggak terima penolakan" memaksa lalu mematikan sambungan telfonnya dengan Alva. Azhima bersiap-siap dengan sangat rapi. Dan dengan cepat bergegas ke tempat janjian.

Azhima Alva nggak akan datang. Ternyata, Alva benar-benar datang dan malah lebih awal ketimbang Azhima.

Azhima mengendap-endap di belakang Alva yang lagi terduduk di bangku taman kota. "Nggak lucu Azhima." Alva sudah mengetahui Azhima pasti akan mengagetkannya seperti di taman kampus lalu. Lagipula, terasa sekali jika ada kehadiran Azhima dibelakangnya.

"Ih, nggak asyik" mengeluh malas dan duduk disamping Alva. Alva mengalihkan wajah menghadap Azhima. Ia menempelkan tangannya ke dahi Azhima, berniat memeriksa apakah suhunya masih panas atau sudah membaik? Alva mengernyitkan dahi "kenapa kak?" Tanyanya heran. "Lumayan" melepaskan tangannya dari dahi Azhima. "Cepat mau bicarain apa?" Tanyanya penuh ketus.

Azhima yang mendapati perilaku ketus Alva pun menghela napas panjang. "Sabar kak" sambil murung.

"Aku minta maaf kak udah ngelanggar janji aku untuk ketemu sama kak Alva kemarin" mengaku malu dan menundukkan kepala. Alva menegakkan kepalanya Azhima. "Gapapa. Yang penting bendanya udah sampai ke kamu kan?" Langsung saja Alva memaafkan dengan tulus dan lembut.

"Benar kak?" masih ragu, kalo secepat ini ia memaafkan nya. "Aku tanya, bendanya udah sampai ke kamu apa belum. Bukan mau nagih maaf!" Ucapnya kembali dengan ketus. "Udah kak" terpaksa. "Hanya itu? Nggak ada yang lain?" Tanyanya berharap lebih dari itu. "Makasih kak Alva untuk hadiahnya." "Nggak tanya belinya dari mana gitu?" Masih berharap dengan keceriwisannya itu. Lalu disambung dengan melemparkan lagi pertanyaan untuk Azhima "kamu nggak suka sama bendanya?" "Suka. Suka banget kok, belinya dimana kak Alva yang sempurna. Bawel banget sih" sebel melihat tingkah Alva.

Alva menghela nafas lalu tersenyum "Zima, manusia itu nggak ada yang sempurna. Yang sempurna itu Allah. Kita hanya makhluk nya yang penuh dengan kekurangan" membelai rambut panjang Azhima. "Aku juga tahu kak. Kak Alva kenapa sih bawel banget hari ini, nggak kayak biasanya."

"Hari ini tuh kak Alva berkata-kata penuh dengan teka-teki. Sebenarnya ada apa sih kak. Kak Alva lagi nyembunyiin apa dari aku?" Kebingungan.

"Tuk waktu ini jangan panggil aku kak Alva" pintanya serius. Azhima yang baru mendengarnya mengernyitkan dahi. Mulai heran. Apa Alva udah bosan dipanggil "kak Alva" atau bosan dengan suara Azhima yang setiap hari selalu mengguncang telinganya?

AlvandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang