𝓓𝓸𝓴𝓽𝓮𝓻 𝓱𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓭𝓪𝓹𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓲𝓪𝓰𝓷𝓸𝓼𝓲𝓼 𝓷𝓪𝓶𝓾𝓷
𝓣𝓾𝓱𝓪𝓷 𝓵𝓪𝓱 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓴𝓾𝓪𝓼𝓪 𝓪𝓽𝓪𝓼 𝓼𝓮𝓰𝓪𝓵𝓪𝓷𝔂𝓪
"Sejak saat itu aku mengenal Kak Alva"
"Dengan sejuta kebohongan yang ia tutupi dari ku dan orang-orang t...
Hari ini adalah ujian nasional terakhir di SMK N Bina Nusa. Ia mengerjakan beberapa soal bahasa Inggris dengan santai dan semangat.
Azhima Karakiya, iya itu namanya. Gadis muda berusia 16 tahun memiliki wajah yang gemas dan memiliki prinsip mandiri dan kuat. Ia salah satu siswa tercerdas di SMK Negeri di Bogor. Terdengar suara jam berdetak per detik, Azhima melihat jam di dinding ruangan. Arah kedua jarum menunjukkan angka 8 dan 15. Itu artinya waktu ujian tersisa 45 menit. Azhima pun memberi tahu kepada pengawas ruang yang duduk di bangku guru bahwa ia telah selesai mengerjakan soalnya.
"Pak, saya sudah selesai." Azhima mengangkat tangan kanannya dengan ekspresi penuh semangat. Beberapa siswa dan teman Azhima yang juga mengikuti ujian pun sontak terkejut dan cepat-cepat untuk menyelesaikan soal ujian. "Coba diperiksa kembali, takutnya ada soal yang belum kamu isi" pengawas ujian memberi saran kepada Azhima.
"Baik pak." Azhima pun memeriksa ulang dan ia yakin jika semuanya sudah terjawab dengan benar. "Sudah semua pak."
"Baik kamu boleh keluar. Dan tinggalkan kertas jawaban di atas meja" jawab balik sang pengawas. Azhima pun berdiri merapikan kertas dan meninggalkannya di atas meja dengan memberi senyuman ke semua arah ruangan ujian dan ia pergi meninggalkan tempat duduknya.
Salah satu seorang siswa laki-laki membisik kepada siswa dibelakang bangkunya "gokil banget si Zima" sambil menggelengkan kepala dan wajah keheranan.
"Ahhhh, paling juga nyontek" berbalas malas. "Yeahhhh sirik Lo ya?" nyengir dan menunjuk ke siswa tersebut. "Idih. Ngapain sirik sama perempuan" seperti ingin jadi yang paling hebat.
><
Sepulangnya dari sekolah, Azhima pergi ke kosan susun. Tempat ia tinggal. Jauh dari keluarga. Seperti biasa, Azhima menelpon ibunya. Namun hanya kekecewaan yang ia dapat. Handphone ibunya selalu tidak dapat dihubungi.
Sudah lima bulan yang lalu keluarganya hilang kontak dengan Azhima. Selalu menyimpan rasa khawatir. Ada apa dengan keluarganya yang tidak dapat ditelpon. Ia sangat rindu kepada keluarganya terutama pada bapak dan ibunya. Setiap harinya selalu dihantui rasa gelisah. Coba bayangkan gimana rasanya lima bulan tanpa ada kabar keluarga yang menyelimuti hati? Azhima dengan kesal melempar handphonenya ke atas kasur yang empuk. Ia menghempaskan nafas lalu meloncat ke atas kasur dengan wajah malas campur cemberut.
Rasa campur aduk. Ingin marah, tapi marah sama siapa, ingin nangis, tapi sulit. Hanya lelah yang dapat dirasakan. Bukan dari soal ujian. Melainkan kekesalan nya.