𝓓𝓸𝓴𝓽𝓮𝓻 𝓱𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓭𝓪𝓹𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓷𝓭𝓲𝓪𝓰𝓷𝓸𝓼𝓲𝓼 𝓷𝓪𝓶𝓾𝓷
𝓣𝓾𝓱𝓪𝓷 𝓵𝓪𝓱 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓮𝓻𝓴𝓾𝓪𝓼𝓪 𝓪𝓽𝓪𝓼 𝓼𝓮𝓰𝓪𝓵𝓪𝓷𝔂𝓪
"Sejak saat itu aku mengenal Kak Alva"
"Dengan sejuta kebohongan yang ia tutupi dari ku dan orang-orang t...
Saat istirahat ospek, Azhima niat sekali menghampiri Alva. Ada apa dengannya kini? Kemarin-kemarin ia malah menghindar jauh. Tapi sekarang, malah ngejar-ngejar.
Ia mengikuti langkahnya dari belakang. Saat jarak hampir dekat ia memanggilnya. "Kak Alva" serunya agar didengar. Alva membalikkan badan. Melihat Azhima dengan bingung. Menaikkan alisnya. Merasa malas bertemu lagi, ia pergi menjauh dari hadapan Azhima.
"Kak Alva tunggu kak" Azhima berjalan cepat menyeimbangi langkah kaki Alva yang cukup lebar. Tak ingin malu dilihatin banyak orang. Alva akhirnya berhenti. Ia membalikkan badannya. Karena mendadak, tak sengaja Azhima menabrak dada Alva. Hal itu menculik banyak perhatian yang ada di tempat. Saat itu tempatnya sangat ramai dipenuhi calon mahasiswa baru yang tengah makan siang.
Alva termenung melihat bola mata Azhima. Wajah Azhima balik menatapnya dengan tajam. Mereka bertatapan selama beberapa detik. Langsung sadar, Alva memegang tangan Azhima lalu menariknya ke suatu tempat. Membawa Azhima ke rooftop gedung kampus yang sepi, tidak ada orang yang melihat. Mereka berhenti ditengah-tengah. Alva langsung melepaskan tangan Azhima.
Alva terdiam memandang retina Azhima. Mata Azhima bersinar kena sorot sinar matahari. Mereka bertatapan tanpa kedip. Hingga datang sekawanan merpati yang beterbangan di atas mereka. Tetap saja tidak membuat mereka terganggu maupun tersadar. Keduanya berdiri berhadapan dalam suasana sunyi disertai angin yang menghembus dingin. Sampai tembus relung nadi masing-masing. Tidak tertinggal, sebuah tatapan yang menyihir satu sama lain.
Beberapa menit berlalu akhirnya keduanya sadar secara bersamaan. Ekspresi wajah kebingungan. Dan mengalihkan sambil menatap beberapa objek mati yang ada di tempat.
"Nggak ada yang diomongkan bukan? Aku pergi." Gugup kebingungan. Tidak berani menatap kembali. Hingga Alva salah tingkah dan meninggalkan Azhima.
Setengah jalan "E...Tunggu kak" risau tanpa berani menatapnya. Azhima bingung ingin membicarakan apa. Semua yang ada di ingatannya hilang saat mereka bertatapan. Ia mencoba mengingatnya kembali.
"Apa? Cepat. Kalau nggak ada aku pergi sekarang."
Azhima langsung mengatakan sesuatu kepada Alva yang ingin beranjak. Namun bukan itu yang ingin disampaikan sebelumnya. Ia hanya teringat, bahwa ingin memberikan sesuatu pada Alva. Lalu mengeluarkan kartu tanda mahasiswa milik Alva dari tasnya. Yang kemarin ia ambil saat jatuh.
Segera memberikannya kepada Alva.
"Ini. Maaf Kak" dengan kata yang terpotong-potong dan mata berlari ke berbagai arah.