bulan juni

19 7 3
                                    

"hei, are you okey?" tanya maves sambil menepuk pundak reina.

"mungkin engga? Gue ngerasa gak enak banget di sini" gumam reina.

"kenapa? Bukannya lo udah biasa liat mayat?" iris hitam keduanya saling bertatapan satu sama lain.

"iya, tapi gue ngerasa aneh aja rasanya gue pengen nangis" ucap reina seketika membuat tangan maves yang awal nya diam langsung memegang dahi reina.

"panas, lo sakit? Kalo gitu mending pulang aja, kita juga bisa kok atasin ini semua. Nanti kalo ada info baru gue kasih tau lo, ya?" mendengar pernyataan dari maves reina lantas langsung mengangguk dan pergi untuk pulang.

"oiya, mau gue anter?" tanya maves yang mendapat gelengan lalu senyum dari reina.

🕊

23.30

Hari yang sangat melelahkan bagi reina, sebenarnya ini bukan apa apa tapi mungkin reina yang sedang sakit ini sangat butuh istirahat?

Perjalanan yang sepi dan sunyi membuat reina waspada, ia takut jika ada begal atau perampok yang mengejarnya. Apa lagi dia seorang wanita.

"kenapa penyadap itu juga bisa ada di baju gue?" gumam reina.

"bukannya itu kalung kak dito ya? Kok bisa sih, ahh mungkin kebetulan sama aja" elak reina guna menepis hal yang tidak tidak dari pemikirannya.

Tin tin

Suara talkson motor membuat lamunan reina buyar, dengan reflek dia menengok ke arah jendela.

"awas ada begal di pertiga an!!" teriak pemuda bermotor itu susah payah.

"terus gimana? Harus ngebut?" tanya reina balik sambil sedikit berteriak.

"pakek sabuk, nanti kalo di lempar telur langsung tancep gas aja ya!!" mendengar itu reina langsung bersiap siap untuk mengebut.

Ternyata benar, dipertiga an ada segerombolan laki laki dengan bir di tangan mereka, mereka melempari reina telur. Namun reina dengan cepat langsung pergi dari area itu.

"huftt, hampir aja gue di begal".

"tapi, tadi itu siapa ya? Kaya gak asing deh" ujar reina sambil berpikir.

"saka, iya saka si pelayan cafe itu kan??" reina baru ingat sosok saka yang ternyata tadi menyelamat kan nya.

🕊

"kenapa baru pulang?" tanya andhira sambil duduk di sofa dengan remot televisi di tangan kanan nya.

"iya ada kasus" jawab reina seadanya lalu ikut menduduk kan badannya ke sofa.

"bukan nya kak rei bukan polisi atau dektetif ya? Kok ikut nanganin kasus?" bingung andhira.

"iya, si tua itu nyuruh gue buat ikut campur untung polisi polisi itu temenan sama gue jadi mereka gak masalah, toh gue juga ngebantu katanya" andhira mengangguk.

Mata reina tak sengaja melihat ke arah kerah baju biru polos yang andhira gunakan, reina menyentuh kerah baju itu membuat andhira kaget.

"ini apa? Mirip darah" tanya reina membuat andhira meneguk ludah dengan kasar.

"oh itu tadi ada kecelakaan di jalan, kebetulan dia lewat di samping gue terus kan ke injak truk mungkin darah dia kena gue" ujar andhira.

"ohh gitu" gumam reina.

"iya, ya udah lah gak usah di bahas udah malem gue mau tidur".

Reina hanya mengangguk melihat kepegian andhira yang langsung masuk kamarnya.
Tiba tiba ia ingat dengan apa yang di sampai kan oleh dua anak aneh itu.
Reina mencoba berpikir apa kah yang dikata kan mereka berdua benar? Lalu jika benar berarti selama ini dia tinggal dengan arwah gentayangan?? Reina menggeleng, menepis pikirannya lalu mencoba lansung tidur. Tapi lagi dan lagi bayangan sosok jasad itu kembali muncul diotak reina, padahal selama ia membantu mengevakuasi korban pembunuhan atau semacamnya ia tak sampai seperti ini hanya akan terbayang beberapa saat saja. Tapi mengapa ini sangat menganggu pikiran nya?

Seribu Bintang !¡ Winter Aespa✔️ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang