cerita kita (end)

22 2 0
                                    

Reina dan rina berjalan menuju rumah, sore ini bang jeff tidak menjemput mereka. Sepanjang jalan-kakak beradik itu bercerita sembari bercanda, tawa mereka cukup menarik perhatian orang orang sekitar.

"kalo seandai nya kakak sama dia gimana dek?" ujar rina menunggu respon sang adik.

"ya asal gak aneh aneh gapapa, aku oke aja. Tapi gak tau yaa sama bang jeff sama kak aya." jawab reina.

Takson sebuah motor menarik perhatian mereka "jalan nih? Ayo gue anter." tawar daren dan mahen.

"ayo aja, cape jalan." ujar reina lalu naik ke motor mahen sementara rina naik ke motor daren.

Awal nya tidak ada apa apa, sebelum tiba tiba daren dan mahen saling melempar kode. Reina melirik ke belakang-ia lihat ada tiga motor yang familiar di kepala nya.

"hen, motor nya anak fulpo kan?" mahen mengangtuk, ia berpesan kepada reina agar berpegangan dengan kuat.

Semenit kemudian, motor mahen dan daren melaju dengan sangat kencang, membuat reina dan rina agak kesulitan.

"pegangan rin!!" teriak daren pada rina yang sedang mencoba mengeratkan pegang an nya pada daren.

🐄🐄🐄🐄

"asu asu! Apaan dah buset ngejar mulu. Berasa main maling-maling an gua." kesal daren.

Mahen tertawa rendah "emang gitu, kaya anjing." sahut mahen.

Daren merasa pelukan tangan rina semakin menguat, ia melirik ke arah sepion "rin.. Lo gapapa? Sorry ya tadi gua bawa-nya ngebut." ujar daren memgelus punggung tangan rina.

"ya, gapapa. Cuman gemeter dikit sih, lo bawa nya power banget." jawab rina melepaskan pelukan nya.

"kenapa di lepas? Peluk lagi aja, gua suka." rina merengut "suka?" seketika daren tampak canggung.

"eee... Jujur iya, gua suka lo rin. Dari waktu mpls, gua naksir banget. Lo positif vibes banget anak nya." jujur daren.

"HEH NEMBAK TUH YANG ROMANTIS DIKIT KEK, NEMBAK KOK DI JALAN BEGINI." teriak mahen membuat pipi kedua nya merah-semerah kepiting rebus.

🐄🐄🐄🐄

"ma! Ma! Kak rina di tem-" belum sempat melanjutkan ucapan nya, rina sudah terlebuh dahulu menyumpal mulut reina dengan tisu.

"kakak! Adek nya jangan di gitu in dong." ujar mama.

Rina berbisik "jangan cepu ahh, kan belum resmi. Siapa tau dia cuman bercanda." bisik nya.

Reina mengangguk lalu mencium tangan sang ibunda, ia langsung duduk di meja makan saat melihat menu makanan sudah tersedia.

"adek! Cuci tangan dulu, tangan kamu kotor." ucap mama sedikit meninggikan nada bicara nya.

"Assalamuallaikum wahai mama dan adek adek ku tersayang." salam aya di ikuti jeff di belakang nya.

"wa'allaikumsalam kak, cuci tangan-abis itu makan ya." pesan mama.

Mereka semua duduk di meja makan menyantap makanan yang mama buat, sesekali aya dan jeff mengeluh karena lelah nya berkerja. Ruang makan ini terasa sangat nyaman, keluarga yang harmonis walau tanpa peran 'ayah' di sisi pertumbuhan mereka.

Sore ini, tiba tiba hujan turun dengan deras nya. Jeff keluar melihat halaman rumah nya yang basah karena air hujan, entah kenapa rasa sedih tiba tiba terasa.
Aya menepuk punggung jeff, menyender pada pundak sang adik.

"kenapa? Kok kaya sedih gitu?" tanya nya menatap mata sang adik yang sibuk menatap rerumputan.

"kangen papa."

Seribu Bintang !¡ Winter Aespa✔️ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang