AishaZam (10)

1.5K 86 2
                                    

Happy Reading

Seperti biasa aku ingetin, terdapat kata² kasar, jangan ditiru ygy

•••
Di atas rooftop gedung SMA Tunas Harapan, seorang anak laki-laki berseragam putih abu-abu tengah memejamkan matanya dengan tenang, menikmati semilir angin yang berembus lembut menyapu wajah tampannya.

Derap langkah yang terdengar tergesa-gesa tak sedikitpun membuatnya terganggu apalagi membuka mata.

Huh! Huh!

"Alzam!"

"Hm?" Tetap pada posisinya yang bersandar pada kursi, laki-laki itu menyahut tanpa membuka kelopak matanya.

"Alzam ini bener-bener gawat!" ucap laki-laki yang tak lain adalah Azka lengkap dengan nada panik dan napas yang memburu.

"Alzam woy!"

"Hm?"

"Hm, hah, hoh?!" cibir Azka meniru ucapan Alzam yang menurutnya menjengkelkan.

"Bangun anj*r! Ini gawat!"

Alzam berdecak sebal tanpa mau membuka kelopak matanya, posisi ini terlalu nyaman untuk ia tinggalkan barang sejenak. "Ck! Gawat apa sih? Ribet bener."

"Alzam gawat!" Tepat di samping telinga Alzam, Azka berteriak dengan keras.

Plak!

"Akh! Sakit dodol!" Tepat dipipi kiri Azka, Alzam menamparnya dengan keras.

Alzam mengedikkan bahunya tak acuh. "Salah sendiri ngapain teriak-teriak di kuping gue? Gue gak budeg, gue denger yang lu omongin," bela Alzam seraya memperbaiki posisinya.

Azka menghela napasnya. "Sabar, kewarasan gue masih penuh dan seperti biasa gue yang harus ngalah," gumamnya membesarkan hati.

"Sekarang lu ikut gue, lu harus liat sendiri." Azka menarik tangan Alzam tetapi dengan cepat ditahan oleh laki-laki itu.

"Gak! Gue ngantuk mau tidur," tolak Alzam lalu kembali memejamkan matanya.

Azka meraup wajahnya kasar, kehilangan ide bagaimana agar laki-laki itu menurut. "Bian nunggu lu di tempat biasa."

"Ngapain nunggu gue?"

"Nantangin lu balap motorlah, emang mau ngapain lagi."

"Bilang aja gue lagi males ngeladenin bocah."

"Zam, ayolah." Azka memasang wajah memelasnya.

"Gak!"

Dring ....

Benda persegi yang berada dalam genggaman lelaki bertubuh tegap itu berdering. Tanpa melihat nama si penelpon Azka dengan segera menggeser tombol hijau yang ada di layar lalu menempelkan ponsel pintar itu pada telinganya.

"Halo."

"Anak anj*ng! Lu berdua lama banget ban*sat! Nyawa gue taruhannya woy kalo lu berdua kagak dateng!" Pekikan dari si penelpon seketika membuat Azka menjauhkan ponselnya.

"Si Alzam mana woy!" tanya seseorang dari seberang telpon yang tak lain adalah Roki.

Azka menghela napasnya kemudian menempelkan kembali ponselnya.

"Alzam kagak mau diganggu, cape gue dari tadi ngebujuk dia, bener-bener kek bocah," keluh Azka dengan menatap pada Alzam yang tengah bersandar dengan tenang.

"Gue mau bicara sama dia."

Tanpa perlu repot-repot membangunkan Alzam, Azka langsung saja menempelkan ponselnya pada telinga laki-laki itu. Tak lupa, ia menekan tombol speakernya terlebih dahulu.

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang