Ramein chapter ini yuuuk
Selamat membaca semoga terhibur dan mendapat manfaat walaupun hanya sedikit, wkwk.
Wajib vote dan komen pokoknya *aku maksa titik!😆
•••
Seorang gadis dengan gamis dan jilbab berwarna senada tengah asik membaca sebuah buku yang kemarin ia pinjam dari salah seorang ustaz di pesantren tempat ia menimba ilmu agama sekarang.Gadis itu duduk seorang diri di gazebo yang terletak di halaman depan kelas.
Seseorang datang dan langsung mendudukkan dirinya di samping gadis yang sedang terhanyut dalam dunianya itu.
"Eh? Nad." Aisha menoleh sembari tersenyum kemudian menutup bukunya.
"Kaget, ya?"
Aisha menggeleng. "Enggak kok. Nyucinya udah selesai?"
Nadya mengangguk. "Udah."
Aisha manggut-manggut kemudian membuka lembaran kertas putih itu dan kembali membacanya.
"Aisha."
"Hm?" sahut Aisha tanpa menoleh.
"Aisha, lihat deh." Nadya menyenggol pelan lengan Aisha.
Aisha menoleh. "Lihat apa?"
"Itu." Nadya menunjuk ke arah seseorang. "Itu bukannya ustaz Fahri, ya?" sambung Nadya membuat Aisha mengikuti arah tunjuk gadis itu.
"Iya, itu ustaz Fahri."
"Dia kok, kayak ... lagi ngeliatin kamu?" Nadya menatap Aisha
"Enggaklah, mana mungkin ustaz Fahri buang-buang waktunya cuma untuk ngeliatin aku?" sanggah Aisha.
"Hm ... iya juga sih, mungkin dia lagi ngawasi santri-santri yang lagi piket kali, ya," ucap Nadya manggut-manggut.
Aisha mengangguk. "Nah itu, dia lagi ngawasi santri-santrinya.
"Wohho!" Nadya menepuk keras pahanya membuat Aisha berjingkat kaget.
"Allahu! Ngapain sih?!" kesal Aisha.
"Ustaz Fahri dada-dada sambil senyum ke arah sini. Fix gak salah lagi, ustaz Fahri naksir kamu," heboh Nadya saat melihat ustaz muda itu tersenyum ke arah mereka.
Aisha menghela napasnya. "Senyum itu sedekah. Masa setiap laki-laki yang senyum ke perempuan dianggap suka? Kamu ini terlalu kepedean."
"Tapi--"
"Assalamualaikum." Salam seseorang menghentikan pembicaraan mereka
"Waalaikum salam," jawab kedua gadis itu serempak.
"Yang namanya Aisha, dipanggil umi Sarah suruh ke ndalem," ucap seorang gadis dengan nada ketus serta tatapan menilai yang dilayangkan pada Aisha.
"Oke, syukran," jawab Aisha dengan menampilkan senyuman manisnya.
"Liatinnya biasa aja dong ... tau kok kalo Ais cantikk," celetuk Nadya dengan merangkul bahu Aisha.
"Cih!" Gadis itu berdecih sinis kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.
Alis kiri Nadya terangkat. "Loh, mbaknya ada masalah ya sama--"
"Apa ada keperluan lain?" sela Aisha cepat. Sengaja agar Nadya tidak menanggapinya terlalu jauh. Ia terlalu malas jika harus berurusan dengan para pembenci.
"Aku ingetin untuk jauhi Alzam dan jangan jadi perempuan keganjenan! Paham?!" ucap gadis dengan postur tubuh tinggi dan kurus itu pada Aisha.
Kening Aisha mengkerut. "Maksud, mbaknya gimana, ya? Kok tanpa sebab apa-apa ngatain saya ganjen? Kita nggak kenal loh, mbak, ini pertama kalinya kita ketemu. Dan ... apa tadi?" Aisha menggantung ucapannya kemudian berdiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/321364717-288-k638928.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Astagfirullah, Alzam! (On Going)
Fiksi Remaja⚠️17+ (Berisi kata-kata kasar, harap bijak!) Spin of Bukan Cerminan [Religi - Teenfiction] Apa yang terlintas dalam benakmu, ketika mendengar nama, Alzam? Seseorang yang soleh? Tekun beribadah atau seseorang yang berwawasan luas? Tetapi, bagaimana...