AishaZam (19)

1.2K 60 0
                                    

Aku up lagi, walaupun votenya belum 50 wkwk😆

Terdapat kata-kata kasar berupa umpatan! Jangan ditiru ya dik-adiks 🙂

Tandai ya, kalo ada typo.

•••
Brak!

"AZKA!"

Empat pasang mata yang berada di dalam ruangan itu kompak menoleh ke arah pintu yang dibuka dengan brutal oleh seseorang, dan jangan lupakan teriakannya yang menggelegar dalam ruangan.

Alzam menghela napas beratnya saat mengetahui siapa penyebabnya.

"Azka lu gapapa, 'kan?!" teriak Roki seraya berjalan cepat menuju ranjang yang ditempati Azka.

"Jangan berisik, ini rumah sakit," tegur Alzam yang hanya mendapat lirikan sinis dari laki-laki pirang itu.

"Pantes aja perasaan gue nggak enak dari tadi karena lu nggak dateng-dateng padahal lu bilang mau sekolah hari ini,"

Azka merotasikan bola matanya. "Bisa diem nggak?"

"Gue ngekhawatirin lu njir!" ketus Roki sinis.

"Jadi nyesel gue ngehubungin lu buat dateng ke sini, kebanyakan mudhorotnya kalo kata santri," celetuk Alzam seraya menjatuhkan bokongnya pada sofa yang tersedia di sana.

Roki hanya menatapnya tajam lalu kembali fokus pada Azka yang terbaring. "Anggota tubuh lu gak ada yang hilangkan?" Roki mulai memeriksa setiap bagian tubuh Azka membuat Alzam bergidik karena merasa ngilu melihatnya.

"Argh! Sakit goblok!" Azka berteriak kesakitan saat Roki mengambil tangannya kasar.

"Hah? Ini sakit?" tanyanya dengan menekan pelan pergelangan tangan Azka untuk membuktikan ucapan laki-laki itu.

"Anjing! Gue bilang sakit, ya berarti sakit! Jangan sentuh tangan gue!" bentak Azka dengan wajah yang menahan sakit.

"Oh, sorry," ucapnya seraya menampilkan cengirannya lalu meletakkan tangan Azka pelan.

"Jauh-jauh dari gue," usir Azka, takut jika Roki kembali berulah.

Roki melirik Alzam yang tengah duduk di sofa dengan sinis. Alis kanan Alzam terangkat sebelah saat melihat tatapan yang dilayangkan Roki padanya.

"Ngapain lu ngeliatin gue kek begitu?"

Roki melipat kedua tangannya seraya berdecak sinis. "Ck! Pake nanya lagi."

Kening Alzam semakin berkerut dalam. "Maksud lu apa?"

"Halah! Lu nggak sadar? Penyebab Azka kayak gini itu elu?!" Roki menunjuk Alzam dengan jari telunjuknya.

Alzam berdiri. "Gue nggak tau apa-apa, bangsat! Gue baru aja dateng dan lu langsung nyalahin gue tanpa ngejelasin apapun?!" Emosi Alzam menguap saat ia yang tak tahu apa-apa tiba-tiba disalahkan dan dipojokkan seperti ini.

Roki tertawa sinis meski dalam hatinya ia merasa sedikit takut pada Alzam. "Gimana lu bisa tau kalo setelah kejadian hari itu lu menghilang gitu aja tanpa ngabarin ke kita ke mana lu pergi!"

Alzam memandang Roki dan Azka bergantian dengan kening yang berkerut bingung. "Ka, bisa lu jelasin apa yang bocah kurang ajar ini bilang?" ucap Alzam yang ditujukan pada Azka.

Bola mata Roki melotot tak terima mendengar panggilan Alzam padanya. "Bacot anjir! Enak aja ngatain gue bocah kurang aj---"

"Diem! Gue nggak lagi ngomong sama lu!" bentak Alzam membuat nyali Roki seketika menciut dan hanya bisa mendumel dalam hati.

Alzam melangkah mendekat. "Minggir!" sentaknya seraya mendorong Roki hingga jatuh terduduk di sofa.

"Buset dah, untung ada sofa kalo kagak pantat seksih gue bisa ciuman ama lantai," gumamnya menghela napas lega.

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang