AishaZam (4)

2.1K 104 7
                                    

Holla. Follow akun wp ku dulu ygy NilaLestari132

Typo bertebaran

Happy Reading pembaca tersayang :)

Semoga suka dan betah ^.^

Janlup vote dan komen sebanyak-banyaknya.

•••
Umi Sarah dan Maryam tengah bergelut dengan peralatan memasak mereka. Setelah selesai menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba, dua wanita paruh baya itu bergegas ke dapur dan mengambil alat-alat tempur khas ibu-ibu di pagi hari.

"Huum, wanginya," puji Maryam menghirup aroma masakan yang sedang ia olah.

"Wangi, 'kan, Mbak?" Maryam mengibaskan asap yang mengepul dari panci itu.

Umi Sarah tersenyum sembari mengangguk. "Iya, wangi. Kayaknya enak banget."

"Bunda ...."

"Eh!" Maryam tersentak saat tangan mungil seseorang melingkari perutnya.

Maryam tersenyum saat tahu pemilik dari tangan itu. "Udah mandi? Hm?"

Aisha menggeleng di balik punggung ibunya. "Belum."

"Kok belum? Hari ini, 'kan kamu mau diajak keliling pondok," ujar Maryam dengan melepaskan lilitan lengan putrinya.

"Bentar lagi sarapan siap dan kamu harus siap-siap juga."

"Umi sudah bilang ke Nadya, buat ajak kamu keliling," timpal umi Sarah.

Aisha menatap bergantian dua wanita paruh baya itu.

Aisha menatap bergantian dua wanita paruh baya itu.

"Nadya siapa?" tanyanya.

"Ponakan Abah yang juga mondok di sini," jelas umi Sarah membuat Aisha manggut-manggut.

Maryam yang memperhatikan putrinya berujar, "Kenapa lagi? Mandi dulu sana."

"Kenapa lagi? Mandi dulu sana."

"Tapi Aisha gapunya temen, Bunda."

"Kita kan baru dateng, sayang, wajar kalo kamu belum punya teman, lagian nanti bisa kenalan juga sama Nadya," jelas Maryam.

"Bentar lagi Nadya datang, kamu siap-siap gih," kata umi Sarah menimpali.

Aisha mengangguk. "Siap, Bun, Umi," balas Aisha kemudian pergi meninggalkan dapur.

"Semoga Ais betah ya, Mbak, mondok di sini," ujar Maryam dengan menatap kepergian Aisha.

"Insya Allah, dia pasti betah," sahut umi Sarah tersenyum.

•••
Meja makan persegi panjang itu diisi dengan suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Semua orang tampak sibuk dengan makanan di piringnya masing-masing, terkecuali laki-laki dengan seragam SMA-nya itu. Sedari tadi ia sibuk curi-curi pandang pada gadis berkerudung hitam yang sibuk menikmati sarapannya.

"Ekhem!" Alzam berdehem membuat Aisha mengangkat wajahnya.

Pandangan mereka bertemu. Alzam tersenyum dengan mengedipkan sebelah matanya membuat Aisha merotasikan bola matanya malas.

"Alzam!"

"Iya, Bah?"

"Makan yang benar, jangan genit-genit seperti itu." Semua pasang mata menatap Alzam dengan menahan tawa terkecuali Aisha.

Alzam terkekeh. "Hehe, Abah mah suka gitu. Kayak gak pernah ngerasain jatuh cinta aja."

"Alzam!" peringat sang ayah.

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang