AishaZam (16)

1.5K 73 3
                                    

Pukul 08:45, Alzam dan Aisha beserta kedua orang tua mereka telah sampai di Bandara Soekarno Hatta untuk melakukan penerbangan menuju Kota tujuan mereka, Kota Batik.

Aisha memandang ibunya seraya tersenyum manis. "Ais pamit dulu ya. Bunda jangan lupa buat jenguk Ais di pondok, jangan mentang-mentang Ais udah nikah, bunda jadi lupain Ais gitu aja," ucap Aisha seraya mencium punggung tangan Maryam lalu memeluknya erat.

Maryam membalas pelukan putrinya. "Ngaco! Mana ada ibu yang lupa anaknya."

"Hehe, yakan siapa tahu, bunda lupa."

"Insya Allah, bunda pasti jengukin."

Aisha mempererat dekapannya. "Ais bakal kangen kalian semua di sini," bisik Aisha diceruk leher sang ibu.

Maryam menyapu punggung Aisha sebelum mengurai pelukan mereka. "Bunda juga. Tapi Ais sudah dewasa sekarang apalagi juga udah punya suami. Jadi harus belajar yang rajin dan jadi istri yang baik, ya, Nak," ucap Maryam dengan menangkup pipi chubby Aisha.

Aisha mengangguk. "Bunda juga baik-baik, jaga kesehatan dan jangan lupa doain Ais ya, supaya segala urusan Ais dimudahkan."

"Pasti, bunda pasti doain yang terbaik buat anak-anak bunda." Maryam mengecup kening Aisha sebelum membiarkan gadis itu berpamitan pada sang ayah.

"Hai, tante bunda," sapa Alzam dengan seringai jahilnya saat berhadapan dengan ibu mertuanya.

Maryam tertawa mendengarnya. "Halo menantu."

"Alzam mau pamit pulang dulu nih." Alzam mengulurkan tangannya yang disambut dengan baik oleh Maryam.

"Bunda titip Aisha, ya? Dijaga baik-baik, kalo dia buat salah dinasehatinya dengan kelembutan, Alzam pasti tahu hati perempuan itu mudah rapuh, jadi jangan sampai pakai kekerasan ya, Nak?"

Alzam tersenyum. "Siap! Cukup percaya sama Alzam," balas Alzam seraya mengangkat tangannya hormat membuat Maryam tertawa.

Setelah selesai berpamitan pada ibu mertuanya Alzam beralih pada Kaili.

"Om papa, Alzam pamit ya," ucap Alzam seraya mencium punggung tangan Kaili.

"Iya, hati-hati. Saya titip permata hati saya, jangan kecewakan dia, bimbing dia menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan lukai hati apalagi fisiknya, karena saya sebagai ayahnya tidak akan pernah ikhlas jika hal itu terjadi," ujar Kaili seraya meremas pundak Alzam. Menegaskan bahwa ucapannya bukanlah hal yang bisa ia anggap lelucon.

Alzam meringis. "Iya, om. Alzam usahakan."

"Attention, please. This is the final boarding call for passengers XXX Airlines Flight 943 to Surakarta, boarding at gate A-3. The final checks are to be finished and the doors of the aircraft are to close in approximately five minutes time. Thank you."

Perintah untuk segera masuk ke dalam pesawat menggema.

"Bun, Pa, kita pamit dulu ya, assalamualaikum," ucap Aisha tersenyum lalu berjalan lebih dulu dengan tangan yang merangkul lengan Alzam.

"Waalaikumussalam."

"Mba, Mas, aku titip Aisha ya," ucap Maryam pada umi Sarah dan abah Yusuf.

Umi Sarah mengangguk begitupula dengan abah Yusuf. "Iya, insya Allah. Kalau begitu kami pamit dulu," sahut umi Sarah lalu memeluk Maryam erat.

"Iya, Mba, fii amanillah."

"Kai, kita pulang dulu, ditunggu silaturrahminya lagi ke pesantren," ujar abah Yusuf seraya menjabat tangan Kaili.

"Iya, Mas, hati-hati."

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang