AishaZam (30)

1.4K 46 17
                                    

Di bawah rindangnya pohon mangga tampak seorang laki-laki berseragam SMA duduk bersandar di sana, menikmati semilir angin yang berembus lembut menerpa wajah tampannya yang tampak murung.

Kepala yang ia tengadahkan serta tatapan yang menerawang jauh ke depan dengan bibir yang sesekali memainkan asap dari benda yang kini tengah ia hisap dengan damai. Jika ada yang melihatnya sudah pasti akan berpikir bahwa laki-laki itu tengah banyak pikiran sekarang. Tetapi, hal yang patut ia syukuri adalah tempatnya berada sekarang adalah tempat yang jarang dilalui atau pun dikunjungi oleh para siswa dan para guru.

Benda berzat nikotin dalam sela jarinya hampir hangus terbakar membuat laki-laki itu melempar dengan mematikan baranya lebih dahulu.

Huft

Helaan napas berat beberapa kali ia embuskan berharap dengan hal itu dapat mengurangi berbagai tanya dan prasangka yang bersarang dalam benaknya tentang gadis yang ia cintai yang juga berstatus sebagai isterinya.

"Sialan!" Bibir tebal itu tanpa sadar mengeluarkan umpatan saat memorinya memutar kembali kejadian tadi pagi.

***
Alzam terdiam dengan kening yang berkerut dalam. "Bentar-bentar." Alzam diam sejenak mengamati wajah Aisha yang mendung.

"Lu kenal Ryan?" lontarnya membuat Aisha mengerjabkan matanya lalu menelan salivanya susah payah.

"Jawab," desak Alzam dengan alis kanan yang terangkat juga rahang yang mulai mengetat.

Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Aisha malah menghambur dalam pelukan laki-laki itu menyembunyikan tangisnya di sana membuat Alzam mau tak mau terdiam namun dengan pikiran yang berkelana, menebak-nebak keadaan apa yang sebenarnya sedang terjadi sekarang. Mengapa ia jadi kebingungan dan tak mengerti, seolah-olah ia adalah pemeran baru dalam cerita ini.

"Maaf," cicit Aisha saat tak mendapat balasan pelukan dari suaminya yang hanya diam mematung.

Alzam mengurai pelukan mereka lalu menangkup pipi tembam Aisha yang basah karena air mata.

"Liat gue," perintah Alzam saat Aisha hanya diam terisak dengan pandangan yang mengarah ke bawah tak berani menatapnya.

Gadis itu tak kunjung menuruti perkataan Alzam membuat jemari laki-laki itu tanpa sadar berpindah lalu meremas bahunya hingga ringisan kecil keluar dari bibir mungil itu.

"Aisha, liat gue," tekan Alzam membuat wajah gadis itu perlahan terangkat dan dapat Aisha lihat netra segelap malam yang biasa menatapnya lembut kini menghunusnya tajam.

"Lu kenal Ryan?" tanya Alzam lagi dengan menekan suaranya agar tak membentak sang isteri.

Aisha masih diam dengan tangan yang mengepal kuat pada ujung jilbabnya.

"LU KENAL BAJINGAN ITU DARI MANA, HAH?!" Suara Alzam meninggi, kesabarannya terkikis karena Aisha yang hanya diam tak memberinya jawab.

Keringat dingin mulai membanjiri dahi, pelipis hingga leher gadis itu.

"Jawab, jangan nunggu gue ngebentak dan berbuat kasar dulu baru lu mau jawab," lirih Alzam tajam di samping telinga Aisha membuat gadis itu menelan salivanya susah payah.

Kepala Aisha perlahan menggeleng namun juga mengangguk membuat dahi laki-laki itu berkerut bingung.

Huft

Alzam menarik napasnya dalam terlihat mulai frustasi. "Gue tanya sekali lagi dan jawab yang bener. Lu kenal Ryan?" Rahang laki-laki itu mengetat jemarinya yang berada dibahu Aisha semakin keras menekannya tak peduli ringisan kesakitan dari bibir sang isteri.

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang