AishaZam (33)

1.2K 55 12
                                    

Anyeong nungguin ya?

Tenang guys cerita AA lanjut di Wp kok :)

Happy reading jangan lupa pencet bintang pojok bawah dulu ya!

Tandai kalo ada typo ya, soalnya aku ga baca lagi tadi :)

Baca ulang yuk, ada yg aku ubah dikit, hehe
•••
Matahari mulai terbenam dan Bumi perlahan gelap. Panggilan azan sebentar lagi berkumandang namun gadis yang ditunggunya pun tak kunjung menampakkan diri.

"Aisha ke mana sih? Keasikan melamun ato gimana? Udah mau azan belom dateng juga siap-siap," monolog gadis itu kesal seraya memakai mukena putih miliknya.

Selesai dengan kegiatan memakai mukenanya, Nadya mengambil sajadah lengkap dengan Al-Quran yang telah ia persiapkan lebih dulu lalu melangkah keluar berniat mencari temannya sebelum pergi menuju masjid.

Saat sampai di halaman, langkahnya perlahan mulai lambat, keningnya berkerut bingung namun rasa penasarannya mendorongnya untuk terus melangkah maju. "Mereka ngapain?" gumamnya saat melihat teman-temannya berdiri seperti sedang menonton sebuah pertunjukan.

"Nadin, ini kenapa pada ngumpul di sini?" Nadya berujar tanya pada gadis yang berdiri tak jauh darinya.

"Tuh." Gadis itu memberi isyarat dengan dagunya membuat Nadya berjinjit agar memudahkannya untuk melihat, matanya membola saat melihat Alzam menarik lengan Aisha, betapa kagetnya dia melihat Alzam seberani itu di hadapan banyak orang seperti ini. Terlebih saat Nadin mengucapkan sesuatu yang  membuat jantungnya semakin bergemuruh.

"Ternyata Aisha istrinya Alzam, Nad!" Nadya menoleh dengan mata yang membola sempurna pada gadis yang melontarkan kalimat keramat itu.

Alis kanan gadis berlesung pipi itu terangkat melihat respon Nadya yang ia tahu berteman dekat dengan Aisha. "Kamu udah tahu ya?" tanyanya.

"Ha?" Nadya gelagapan. "Enggaklah, mana mungkin aku tahu, aku aja baru denger dari kamu berusan," kata Nadya menyangkal.

"Ya ... siapa tahu kamu udah tau, secara, 'kan kamu temenan deket tuh sama Aisha."

"Emang kata siapa sih Aisha istrinya Alzam?" Nadya melontarkan tanya.

"Kak Alzam sendiri yang bilang tadi."

"What?! Seriusan? Gila banget." Nadya menggelengkan kepalanya.

Nadin mengangguk. "Iyalah, serius."

Nadya diam berpikir dan tak lama kemudian gadis itu tertawa membuat Nadin menatapnya heran. "Hahaha, Alzam demen banget sih ngaku-ngaku. Kamu percaya?"

Nadin mengangguk ragu. "Percaya."

"Kalo aku sih enggak. Mana mungkin mereka udah nikah, emang nikahnya kapan coba? Masa udah jadi suami istri aja?"

"Yaa bisa aja mereka--"

"Apa?" tantang Nadya. "Kalo beneran, paling enggak keluarga besarnya ada yang dateng atau apa kek," lanjutnya membuat Nadin terdiam.

Nadin tampak berpikir, menyetujui perkataan Nadya yang memang cukup masuk akal. Kalau memang benar mereka sudah menikah, harusnya pesantren ini ramai kedatangan tamu, apalagi yang menikah adalah anak sulung dari seorang guru besar. "Iya juga sih, tapi," ucapannya tertahan sembari melipat bibirnya. Namun, kenyataan yang tadi ia lihat tak bisa untuk tidak ia percayai.

"Hmm?"

Nadin melanjutkan. "Tapikan ... bisa aja mereka dijodohin kayak yang ada di novel-novel gitu, Nad."

Nadya menghela napas. "Dasar! Korban nopel! Jelas-jelas Alzam ngarang. Masa kamu nggak tahu gimana obsesnya dia sama Aisha? Ngejar-ngejar Aisha dan selalu bilang kalo Aisha itu calon istrinya?" jelas Nadya berusaha menyangkal yang Nadin lihat dengan meyakinkan gadis itu bahwa yang Alzam katakan adalah suatu karangan.

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang