AishaZam (24)

1.2K 51 4
                                    

Berisi umpatan, jangan ditiru :)

Aku saranin buat baca ulang bagi yg udah baca kemaren²

•••
Dengan dia ..." telunjuk laki-laki itu mengarah pada Aisha. "Sebagai taruhannya."

Aisha mengerjabkan matanya saat pemuda yang sudah lama tak ia lihat dan tak pernah ingin ia temui lagi dalam hidupnya, kini menunjuk ke arahnya dan ingin menjadikan dirinya sebagai taruhan.

Manik mata yang tadinya hanya berembun kini menjatuhkan bulir bening, tubuh gadis itu tiba-tiba gemetar saat manik matanya bersitatap dengan iris mata elang yang tengah tersenyum tipis penuh maksud ke arahnya, pasokan oksigen di sekelilingnya terasa menipis seiring dengan dadanya yang menyesak.

Jaraknya yang terbilang cukup jauh dari Alzam, membuat laki-laki itu tak menyadari kondisi isterinya.

"Kak Alzam!" teriak Aisha dengan suara yang gemetar.

"Gimana? Deal?" ucap Ryan tersenyum seraya mengulurkan tangannya.

Alzam menatap uluran tangan pemuda itu. Jemarinya terkepal kuat, kobaran api dalam dirinya yang hampir padam karena dikhianati sahabatnya, kini membesar siap membakar apapun yang mengusiknya.

Iris mata segelap malam itu menajam, rahangnya mengetat dengan gigi yang bergemelatuk, emosinya berada dipuncak akhir dan siap diledakkan.

"BRENGSEK!"

BUGH!

Tendangan kaki panjang itu membuat tubuh seseorang terpental jauh menghantam aspal.

Argh!

Ryan meringis seraya memegangi perutnya yang menjadi sasaran, matanya terpejam menahan rasa ngilu akibat tendangan keras yang ia terima.

Dua diantara empat laki-laki yang datang bersama Ryan menahan tubuh Alzam yang hendak melayangkan pukulannya kembali.

"Lepas anjing!" Alzam meronta, hendak membebaskan diri.

Pemuda itu berdiri dengan dibantu oleh laki-laki dengan tindikan dihidung bangirnya. "Lu gapapa, Yan?" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Ryan.

"Gapapa." Ryan membersihkan debu-debu yang menempel pada pakaiannya lalu melangkah pelan menghampiri Alzam yang kini ditahan oleh kedua temannya.

"Kenapa?" Ryan tersenyum miring, pemuda itu melipat kedua tangannya lalu berbisik. "Dia siapa? Pacar lu?" tanya Ryan dengan senyum tipis khasnya.

"Peduli apa lu? Bacot banget," balas Alzam malas.

Pemuda itu menatap gadis yang berdiri cukup jauh dari mereka, dengan tatapan yang sangat memuakkan dimata Alzam. "Cantik sih," ucapnya lalu berdecak. "Ck, tapi sayang, kayaknya ... spesies cewek murahan," lanjutnya lalu tertawa dengan keras.

"Mati lu bangsat!" teriak Alzam murka dengan kaki yang mengayun menuju sasarannya.

Ryan menghindari serangan kaki Alzam dengan cepat. "Eits ... santai bro, gue cuma ngutarain opini gue, jadi sans aja, jangan dianggap serius," ucap Ryan. Pemuda itu terkekeh melihat kemarahan Alzam yang berhasil ia sulut.

"Mau lu apa anjing?!"

Ryan berdecak. "Ck, lu budeg atau idiot, sih? Jelas-jelas gue tadi bilang, gue mau dia jadi taruhannya!"

"Lu gila?! Dia bukan barang anjing!"

Ryan mengedikkan bahunya acuh. "Gapeduli, intinya gue mau dia!"

Bugh!

Bugh!

Alzam menyikut perut kedua pemuda yang menahannya lalu menerjang Ryan dengan pukulan keras miliknya. Ryan tak tinggal diam, pemuda itu balas memukul Alzam. Perkelahian tak dapat terelakkan.

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang