AishaZam (20)

1.4K 66 5
                                    

Halo! Aku up lagi :)

Selamat membaca!

•••
"Kalo diliat-liat, Alzam itu ... makin hari makin ganteng ya," celetuk Nadya seraya menjatuhkan tubuhnya pada ranjang milik Aisha.

Aisha meliriknya sebentar lalu kembali fokus pada buku-buku di hadapannya saat ini.

"Apalagi kalo pake sarung dan koko terus ditambah pake peci hitam, beuh! Auranya bukan maen, bener-bener kayak pangeran pesantren, idaman semua gadis!"

Tak mendapat respon apapun, Nadya mengubah posisinya menjadi tengkurap, lalu menyangga dagunya.

"Ais," panggilnya.

"Hmm?"

"Kamu dengerin aku ngomong nggak sih?" tanya Nadya seraya memperhatikan jemari Aisha yang bergerak.

"Denger," sahut Aisha tanpa menghentikan kegiatan menulisnya.

"Tadi aku bilang apa?"

"Alzam ganteng."

Nadya langsung terduduk. "Nah! Itu yang aku maksud. Jadi gimana? Alzam atau ustaz Fahri?"

Aisha mengangkat wajahnya. "Maksud kamu ngomong begitu apa? Hm?"

Nadya mengedikkan bahunya. "Gak bermaksud apa-apa. Cuma nyuruh kamu buat milih aja."

Aisha merotasikan bola matanya. "Gak milih siapa-siapa," jawab Aisha lalu kembali menyalin catatannya.

"Udah ah! Gak usah sungkan gitu santai aja kalo sama aku mah," kata Nadya tak peduli dengan pelototan Aisha padanya.

"Okedeh, biar aku yang bantu pilih. Kamu pasti bingung banget antara Alzam yang ganteng tapi kelakuannya agak-agak ... ya, gitu, kamu pasti taulah gimana. Dan, ustaz Fahri yang manis semanis senyum dan akhlaknya, jiakh." Nadya tertawa geli dengan ucapannya sendiri lalu menaik turunkan alisnya menggoda gadis yang duduk di lantai dengan bangku lipat di depannya.

"Ladies, ayo, tentukan pilihanmu, sekarang!" ucap Nadya menirukan gaya seorang pembawa acara di televisi.

"Sudah menemukan jawaban?" ulangnya.

Ctak!

Aisha meletakkan pulpennya dengan keras. "Daripada kamu ngelakuin hal yang gak ada manfaatnya, mending kamu bantu aku nyalin catatan ini," tutur Aisha dengan senyum yang terlihat sangat dipaksakan.

"Enggak ah. Ini malam jumat, waktunya bersantai-santai ria," balas Nadya seraya membaringkan tubuhnya kembali.

Aisha menghela napasnya lalu menutup buku-bukunya dan membereskannya.

"Udahan?" tanya Nadya.

"Mau bantuin? Kalo iya, lanjut lagi," balas Aisha seraya berdiri dari duduknya.

Nadya menggeleng. "Besok aja aku bantu, lima belas menit lagi jam sepuluh dan lampu bentar lagi dimatiin."

Aisha manggut-manggut lalu berjalan ke arah lemari untuk meletakkan buku-bukunya di sana.

"Ah, iya! Aku baru inget." Nadya berlari kecil menuju lemarinya. Gadis itu mengambil sesuatu dari sana.

"Ini." Nadya menyodorkan sebuah benda persegi yang dibungkus kertas kado di hadapan Aisha yang kini duduk di kasurnya.

Aisha memandang bingung Nadya dan benda di hadapannya itu bergantian.

"Buat kamu. Hadiah dari ustaz Fahri," ucap Nadya dengan mengecilkan volume suaranya saat menyebut nama guru muda itu, takut jika teman sekamarnya yang lain mendengar ucapannya dan akan menyebar sebagai gosip esok harinya, dan tentu saja dengan tambahan bumbu-bumbu penyedap rasa agar cerita lebih menarik dan hot untuk diceritakan.

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang