AishaZam (13)

1.4K 71 4
                                    

"Bismillahirrahmanirrahim, ya Ahmad Alzam Amani bin Yusuf Ammar Abqari."

Wajah tampan milik laki-laki yang biasanya menjengkelkan, kini terlihat tegang dan serius. Keringat dingin tampak mengaliri pelipisnya membuat siapapun yang melihatnya, tahu bahwa laki-laki itu tengah grogi sekarang.

Tangan kanannya menjabat erat tangan pria paruh baya yang menjadi wali nikah mempelai wanitanya hari ini.

"Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Aisha Nur Rahma binti Muhammad Kaili alal mahri khomsati ghuromatin minadzzahabi haalan!"

Deg ... Deg ... Deg ....

Ritme jantungnya meningkat, Alzam menarik napas panjang sebelum berucap.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhitu biha wallahu waliyyu taufiq!"

Satu tetes bulir bening jatuh tanpa laki-laki itu sadari. Dadanya bergemuruh hebat saat ia berhasil mengucapkan ijab qabul dengan lantang dan sempurna. Satu hal yang harus ia ingat dan sadari bahwa tanggung jawab dari gadis yang dituntun menuju ke arahnya bukan lagi ada pada pundak orang tua dari gadis itu melainkan ada pada dirinya yang telah sah berstatus suami dari gadis anggun nan jelita itu.

Alzam memandang gadis itu dengan tatapan kagum, benaknya tak berhenti memuji betapa indah dan sempurnanya pahatan wajah gadis yang telah sah menjadi isterinya, ditambah make up minimalis yang semakin membuatnya terlihat memesona dalam pandangan mata suaminya.

Alzam mengulurkan tangan saat Aisha telah duduk berdampingan dengannya, senyum kebahagiaan tak lepas dari bibir laki-laki itu saat isterinya hanya berjarak beberapa senti saja darinya. Tetapi, sangat berbanding terbalik dengan gadis yang hatinya dipenuhi kegundahan akan keputusan yang telah ia ambil hari ini. Aisha merasa risih dipandang dengan begitu intensnya oleh laki-laki yang telah sah berstatus suaminya.

Alzam masih menunggu dengan senyum yang tak pudar. Tangannya pun masih mengambang di udara menanti sang isteri menyambutnya dengan ketulusan dan sukacita.

Semua orang yang hadir dalam ruangan tersebut pun memandang Aisha dengan tanda tanya karena gadis itu yang tak kunjung menyambut uluran tangan dari mempelai prianya.

Maryam yang berdiri tak jauh dari Aisha menepuk pelan bahu putrinya. "Ais," panggil Maryam membuat Aisha menoleh dengan tanda tanya.

"Tangannya ulurin," bisiknya dengan mata yang menunjuk telapak tangan Alzam yang masih mengambang.

Aisha menatap telapak tangan lebar itu sejenak lalu mengulurkan tangannya perlahan dan penuh keraguan.

Melihat tangan Aisha yang penuh ragu menyambut ulurannya, Alzam dengan gemas menarik tangan mungil itu membuat sang empu menjerit tertahan karena kaget.

"Lama," bisiknya pelan tetapi masih dapat didengar jelas oleh orang yang berada dalam ruangan tersebut.

Abah Yusuf serta umi Sarah yang menyaksikan tingkah putranya hanya bisa menghela napas. Putra mereka memang tidak sabaran dan mungkin juga tidak mengerti dengan perasaan malu-malu pengantin wanita ketika baru saja selesai akad? Entahlah.

Alzam mengambil cincin kemudian memasangkannya pada jari manis Aisha. Setelah selesai laki-laki itu mengecup tangan yang telah ia pasangkan cincin membuat Aisha melotot karena terkejut.

"Alzam!" desisnya seraya menarik tangannya cepat.

"Hm? Iya isteriku sayang?" respon Alzam dengan senyuman lebarnya membuat Aisha mengepalkan tangannya.

"Ini." Maryam menyodorkan cincin di hadapan Aisha. "Pasangkan dijari manis suami kamu," ucapnya membuat Aisha seketika ingin menghilang dari situasi ini.

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang