Jangan lupa follow, vote dan share ya :)
Selamat membaca!
•••
"Bunda dan papa kamu tadi nelpon, katanya minggu ini mereka akan datang."Dahi Aisha mengernyit. "Loh? Kok--"
"Nenek kamu sakit keras, makanya mereka mutusin buat pulang dan jemput kamu dulu," jelas umi Sarah memecahkan kebingungan Aisha.
"Sekalian buat hadiri nikahan kita, iya, 'kan, Mi?" celetuk Alzam yang sontak mendapat pelototan tajam dari sang ibu.
"Alzam, bisa diem sebentar? Umi lagi ngomong serius, loh ini."
Alzam tersenyum memperlihatkan gigi putih ratanya. "Iya, Mi, maaf. Silakan dilanjut lagi," ucap Alzam seraya menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
Umi Sarah menghela napasnya kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada gadis yang duduk anteng di depannya.
"Aisha sudah makan?"
Gadis itu tersenyum kemudian menggeleng pelan. "Belum, Mi."
"Yasudah, kamu makan dulu di sini sebelum kembali ke pondok, ya," ajak umi Sarah.
"Enggak, Mi, Ais--"
"Gak papa. Ayo, ke dapur, umi ngga nerima penolakan."
"Umi ...."
Umi Sarah menatap wajah Aisha yang memelas. "Kalo gak makan, umi gak izinin kamu pergi."
Aisha tetap menggeleng. "Ais, gak enak loh sama santri yang lain ... gimana kalo mereka mikir kalo Ais diistimewakan karena Ais ponakannya, umi? Aisha gak mau diomongin satu asrama lagi, Mi."
"Di sini nggak ada santri lain, cuma ada kak Alzam, abah dan umi di sini," papar umi Sarah.
"Ga usah, umi, Ais belum laper juga kok." Gadis itu kembali beralasan seraya tersenyum manis.
Umi Sarah berdiri kemudian mengulurkan tangannya. "Ayo, makan dulu, umi tahu kamu laper."
Aisha menatap uluran tangan itu kemudian menyambutnya ragu.
"Gak papa, umi biasa kok, ajak santri-santri yang piket makan di sini, bukan kamu aja," jelas umi Sarah sembari berjalan dengan menggandeng tangan Aisha.
"Cuma calon mantu aja nih, Mi, yang diajak makan? Anaknya sendiri gak diajak?" tanya Alzam membuat dua perempuan itu berhenti dan menoleh padanya.
"Kamu mau makan lagi? Bukannya tadi baru selesai makan?"
Alzam mencebik. "Orang Alzam tadi makannya cuma dikit."
"Dikit? Dua piring penuh dikit?" ulang umi Sarah memastikan.
"Umi, kok jadi perhitungan gini sih sama anak sendiri?" kesal Alzam seraya memalingkan wajahnya.
Aisha menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah lelaki itu.
"Loh, bukan gitu maksud umi. Umi cuma nanya aja untuk mastiin. Kalo mau makan lagi, ya ayo."
Alzam tak bergeming.
"Gak malu sama Aisha, merajuk kayak anak kecil gini?" Umi Sarah mendekat kemudian menyapu lembut surai hitam putranya yang sedang merajuk.
"Nanti Ais-nya makin gak mau sama kamu, gimana? " bisik umi Sarah membuat mata Alzam seketika melotot tak terima.
"Umi!"
Umi Sarah terkekeh mendengar panggilan kekesalan putranya.
Alzam melirik, ternyata gadis itu juga tengah memandangnya dengan tatapan yang ... ah, sudahlah, Alzam malu sekarang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Astagfirullah, Alzam! (On Going)
Novela Juvenil⚠️17+ (Berisi kata-kata kasar, harap bijak!) Spin of Bukan Cerminan [Religi - Teenfiction] Apa yang terlintas dalam benakmu, ketika mendengar nama, Alzam? Seseorang yang soleh? Tekun beribadah atau seseorang yang berwawasan luas? Tetapi, bagaimana...