"Roki tunggu!" Seorang gadis berlari kecil seraya memanggil, membuat langkah dari pemilik nama berhenti lalu menoleh ke arah sumber suara.
Alis kanan Roki terangkat karena tak biasanya gadis ini memanggil apalagi sampai menghampirinya. "Kenapa? Tumben lu manggil gue," ucap Roki saat gadis yang tak lain adalah Aura, telah berada di hadapannya.
"Terpaksa sih sebenernya." Gadis itu tersenyum. "Emm ... gue boleh nanya sesuatu?"
Laki-laki itu merotasikan bolamatanya, sesuai dugaan pasti ada maunya. "Alzam, 'kan?" tebak Roki langsung tepat pada sasaran.
Aura mengangguk antusias. "Gue belum ada liat Alzam dari pagi, apa dia gak masuk sekolah hari ini? Kalo iya, dia kenapa?" Gadis itu berucap panjang memastikan keadaan laki-laki yang disukainya membuat laki-laki pirang itu menghela napasnya.
Roki mengedikkan bahunya. "Gatau, jangan tanya gue," sahutnya lalu berbalik dan hendak melanjutkan langkahnya kembali.
"Bentar dulu gue belum selesai." Aura menahan lengan Roki.
"Apalagi sih? Gue bilang jangan tanya gue, gue gak tau." Sebelum gadis itu kembali melontarkan pertanyaan, Roki sudah lebih dulu berujar dengan nada kesal.
"Galak amat sih, masa nanya doang gak boleh?" Gadis itu memanyunkan bibirnya.
"Jijik anjir! Gak usah manyun-manyun gitu!" Roki mendengus kesal.
"Ya, makanya jawab gue, Alzam ke mana dan kenapa?"
"Punya hp, 'kan?"
Aura mengangguk. "Punya."
"Punya nomernya juga, 'kan?"
Aura kembali mengangguk. "Punyalah."
"Yaudah telpon sendiri, jangan manja! Tanyain dia ada di mana. Jangan tanya-tanya gue, gue bukan mbah google! Paham lu?!"
"Gue diblok bodoh! Kalo enggak, ya, ngapain gue repot-repot nanya sampe nyariin lu kayak gini?" Aura melipat kedua lengannya di depan dada.
"Itu nasib lu! Makanya, jadi cewek tuh kagak usah banyak tingkah, mending lu sukai orang yang suka sama lu dan stop ngemis-ngemis cinta dari si Alzam," ucap Roki tajam, namun belum mampu menusuk ke dalaman hati gadis itu.
"Kalo kata gue, semakin sulit digapai semakin kuat tekad gue buat dapetin hal yang gue mau," balas Aura menatap manik mata laki-laki pirang itu penuh tekad.
Roki menghela napasnya. "Tau ah! Serah lu aja, yang penting udah gue ingetin, bye!" Roki berbalik dan melangkah meninggalkan gadis itu.
"Eits! Bentar dulu," Aura merentangkan kedua tangannya, menghadang jalan laki-laki pirang itu.
"Apa lagi sih, Ra?" tanya Roki mulai lelah yang dibalas senyuman lebar gadis cantik itu.
"Itu jajanan buat siapa?" tatapan Aura mengarah pada sebungkus roti dan sebotol air minum dalam genggaman Roki.
"Buat Alzam, 'kan?" Mata bulatnya memicing curiga.
"Mau tau banget lu urusan gue? Sampe jajanan aja harus lu tanyain segala buat siapa?" Roki terlampau geram dengan gadis di hadapannya ini.
Senyum gadis itu perlahan pudar. "Galak banget sih sama sepupu sendiri!"
"Bodoamat!" balasnya lalu kembali melanjutkan langkah yang sempat tertunda karena gadis pengganggu itu.
"Itu buat Alzam, 'kan, Ki?!" Aura berlari mengejar Roki yang mulai jauh di depannya.
Merasa gadis itu terus mengikutinya, Roki berhenti lalu menoleh. "Stop!" teriaknya membuat tatapan siswa yang berlalu-lalang di koridor depan kelas mengarah padanya. Begitupun dengan langkah Aura yang seketika berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astagfirullah, Alzam! (On Going)
Fiksi Remaja⚠️17+ (Berisi kata-kata kasar, harap bijak!) Spin of Bukan Cerminan [Religi - Teenfiction] Apa yang terlintas dalam benakmu, ketika mendengar nama, Alzam? Seseorang yang soleh? Tekun beribadah atau seseorang yang berwawasan luas? Tetapi, bagaimana...