II. Haha, iri?

369 25 0
                                        

"Apa benar orang baik akan selalu dipanggil lebih dulu oleh Tuhan, karena Tuhan menyayanginya?" - Ajun Barra Alvarendra

07.00

alarm hp yang make intro lagu kill this love sukses membuat kakak sulung di rumah itu geram dengan adik tengahnya yang tak kunjung bangun dari tadi. Jika diingat-ingat ini sudah bunyi alarm keenam kali bagi Jiun.

Bugh!

Satu bantal pun sukses mendarat di atas wajah laki-laki bermuka kelinci yang sedang tidur itu, yang membuatnya menggeliat tak suka.

"DOBBY ALARM LO MATIIN GAK!" teriak Jiun yang ngebuat adik tengahnya itu bangun kayak orang kesetan. 

"BANGG MASIH PAGII WOYY JANGAN TREAK TREAK NAPAA!" balas Dobby yang tak kalah keras karena kesal dengan ulah kakaknya.

"BANGUN CURUTTT, SI AJUN AJA UDAH DI MEJA MAKAN, LU KAGAK SEKOLAH HAH?"

Ajun? Dia sudah terbiasa dengan ulah kedua kakaknya yang hobi teriak-teriak di pagi hari, tunggu aja nanti, pasti tetangga komplain sama satpam komplek karna ulah mereka.

"Iya bang, sabar. Lagian belum jam juga ishhh."

"BELOM JAM BAPAK LO, INI UDAH JAM 7 ZAYANG."

"Bapak gue bapak lo juga bang"

"GA PEDULI, AYO BANGUNN!"

"10 menit bang"

"Ga, ga, ga, AYO BANGUNN!" 

Jiun menarik selimut adiknya dengan kasar, lalu menyeret tangan adiknya, hingga adiknya jatuh ke lantai.

Brugh!

"ADOEHHH PINGGANG GUE ENCOK, GUE LIBUR YA BANG," jerit Dobby sok mendramatis sambil memegang e pinggangnya.

Jiun menebak keahlian Dobby selain olahraga adalah akting, Dobby adalah drama king di circle Rendra bersaudara.

"Apa gue masukin Dobby di kelas akting aja ya?" pikir Jiun.

"Segitu doang gausah lebay kali. Lo laki apa bukan sih? Kok jadi kaya yanto," sindir Jiun sambil melipat selimut adiknya

"Sekata-kata lu bang, tega kamu, tega mas," rajuk Dobby semakin mendramatis dan menidurkan dirinya lagi di kasur.

"Buset dah, kebanyakan nonton film emak-emak lu. HADUHH punya dosa apa gue, bangunin satu bocah aja udah kayak emak-emak depresi gue,"    racau Jiun yang masih terdengar di telinga Dobby.

"Ngaku lo kayak orang depresi Bang?"

Perkataan Dobby sukses membuat Jiun mendelik tak terima. Ia langsung pergi meninggalkan Dobby yang berpikir bahwa semuanya sudah aman dan ingin melanjutkan tidurnya.

Namun, yang tadi niatnya ingin tidur kembali pun Dobby urungkan karena melihat kakaknya yang sudah mengambil sepatu kulit untuk dilemparkan kepadanya.

"Iya bang, siapp gue turun sekarang"

Sembari memberi hormat kepada kakaknya, Dobby pun turun menyusul adiknya yang katanya sudah dibawah.

Jiun menatap punggung Dobby hingga menghilang dari pandangannya lalu ia menjatuhkan sepatu kulit yang ia pegang dan mendudukkan dirinya di atas kasur Dobby.

"Hahhhh"

Hembusan napas yang terdengar berat keluar dari mulut Jiun. Dia akui dirinya hebat karna bisa bertahan dan mengurusi adik-adiknya yang sifatnya ga beda jauh sama setan dipojokan kamar. Malas.

Masalah dan Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang