"Kamu harus belajar menerima kenyataan walau itu susah, aku disini, selalu disini buat ngedukung kamu, aku gaakan pergi, kita hadapi semua pahit ini bareng-bareng." - Calista Lia Riana.
Dengan sedikit ditemani candaan, makan malam mereka akhirnya juga selesai.
Yudhi, Jordan, dan Wawan akan pulang karena sudah larut malam dan Wawan juga sudah dihubungi oleh bundanya agar segera pulang.
Bagaimana dengan Calista? Ia akan menginap disini, jangan heran, semenjak berpacaran dengan Ajun, Calista hampir seminggu sekali akan menginap disini. Tenang ... mereka tidak melakukan hal lebih, sebatas pelukan dan kecupan itu sudah cukup bagi mereka, Ajun pun jika Calista menginap, dia akan tidur di sofa kamarnya.
"Eh, lain kali ke Pantai yuk!" ajak Wawan sambil memakai jaketnya.
"Ngapain?" sahut Yudhi.
Wawan memutar bola matanya malas. "Ngepet. Ya refreshing lah! Katanya di sana ada sunset bagus, nanti kita liat sunset bareng-bareng," ujar Wawan dengan excaited.
Semua sontak menoleh ke arah Wawan, Jordan menginjak kakinya. "Lo goblok banget sumpah!" bisik Jordan ke Wawan.
Wawan diam sejenak setelah itu, ia membulatkan matanya dan menutup mulut. "Bangsat! Tolol! Gue lupa," batinnya, matanya langsung menoleh ke arah Ajun yang memperlihatkan wajah datarnya.
Ajun tersenyum hambar. "Ajun ke kamar duluan ya," ucap Ajun lalu pergi meninggalkan mereka semua.
Semua memandangi kepergian Ajun dengan tatapan sedih. Calista sempat memberikan postur ingin menerkam Wawan, tapi ia urungkan dan pergi mengikuti Ajun.
Ajun dan Calista pergi, tersisa mereka dengan keheningan. Yudhi memejam kan matanya menahan emosi. "Sumpah Wan, lo kenapa pake ngomong gitu segala sih?" protes Yudhi.
Wawan menundukkan kepalanya. "Maaf, gue lupa suerrr." Wawan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya memberi pose V.
"Ck, udah lah, kalian pulang aja dulu, calista pasti bisa kok nenangin Ajun." Jiun menepuk bahu Wawan sambil tersenyum. "Udah gapapa, gausah di pikirin, emang masih labil dia," tutur Jiun menenangkan teman nya. Wawan hamya mengangguk.
"Yaudah kita cabut ya." Jordan langsung merangkul bahu Wawan dan pergi, disusul Yudhi di belakang.
Dobby dan Jiun saling tatap, mereka kompak menghembuskan napas panjang. "Yaudah lo tidur sana, Abang mau ke kamar ayah dulu." ucap Jiun.
Mereka pun kompak meninggalkan ruang tamu.•••
Calista menuntun Ajun agar duduk di pinggir single bed itu. Calista menepuk bahu Ajun. "Ajun," panggil Calista.
Ajun menolehkan kepalanya. "Iya?"
"Lain kali jangan gitu, bukan kamu aja yang punya perasaan," ujar Calista. Ajun menghambuskan napas panjang namun, ia tidak menjawab.
Calista menarik Ajun agar berhadapan dengan nya, ia menangkup pipi gembul itu. "Belajar nerima kenyataan, jangan egois, Ajun."
Ajun tersenyum hangat. "Sabar ya, aku lagi berusaha."
"Usahain, Ajun. Kamu tau ga? Dengan kamu kaya gini, banyak orang yang tersakiti juga, ga cuma kamu. Kamu harus bisa nerima keadaan."
Ajun menggeleng. "Ga segampang itu, Calista. Kamu gatau rasanya jadi Ajun, jangan maksa aku buat nerima ini semua, i-itu ga mudah," balas Ajun.
"Aku gaperlu jadi kamu buat ngerasain apa yang kamu rasain, aku tahu-"
"Kamu tahu apa?" potong Ajun. Calista terdiam, ia tidak bisa menjawabnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/330717610-288-k474727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Masalah dan Kita
Teen Fiction_______________________________ "Sederhana saja Tuhan, kita adalah atma yang mempunyai asa untuk mendapatkan harsa amerta." ----------------------------------------- Setiap part di cerita ini hanya karangan belaka dan murni dari kreatifitas penulis...