IX. Kami juga sayang ayah

132 14 0
                                    

"Berapa pun umur kami, kami tetap memerlukan sosok mu, Ayah" -Rendra bersaudara.

Semua penghuni rumah sudah berkupul di ruang keluarga, hanya empat orang saja. Jiun, Dobby dan Ajun duduk di sofa panjang bertiga, sementara  Rendra duduk di sofa single.

"Ekhm, bisa ayah mulai?" tanya Rendra memecah keheningan di ruangan itu.

"Bisa yah/Bisa yah," jawab Jiun dan Ajun kompak.

Dobby? Tidak, dia hanya mengangguk.

"Dobby, lihat ayah," pinta Rendra. Dobby memutar bola matanya malas, lalu segera menatap sang ayah.

"Ayah tidak pernah mengajarkanmu untuk membentak orang tua, lalu apa yang tadi kamu lakukan?" tanya Rendra masih betah menatap anak tengahnya.

"Jangan bilang begitu Ayah, bahkan Ayah hanya mengajarkan ku untuk berdiri, berjalan, dan berlari. Sisanya Bang Jiun lah yang mengajariku" sahut Dobby dengan Jujur.

"Jadi, Jiun mengajarkan mu untuk membentak orang tua?" tanya Rendra lagi.

"Tidak," jawab Dobby singkat.

"Lalu apa yang kau lakukan tadi?"

"Sudah aku bilang bukan, kalau aku bahkan merasa yatim piatu semenjak ibu meninggal jadi, apa aku tidak berhak untuk membentakmu?" ungkap Dobby santai, padahal hatinya sudah meraung-raung ingin menangis.

"DOBBY!" Jiun membentak Dobby lagi, sungguh ia tidak mengerti jalan pikir adiknya.

"Apa maksudmu berkata begitu Dobby? Aku Ayahmu," sahut Rendra.

"BAIKLAH, aku memang mempunyai seorang ayah, tapi aku kehilangan perannya. Aku tidak merasakan kasih sayang ayah yang sesungguhnya!" Suara Dobby terdengar parau.

Untuk kesekian kalinya Dobby berhasil membuat Rendra kecewa dengan dirinya sekarang. Sebegitu tidak berartikah dia dimata anaknya?

"Dobby, Ayah tau kamu bukan anak nakal yang-" ucapan Rendra terpotong.

"Gak ada anak nakal Ayah, orang yang bilang anak nya itu nakal cuma gatau gimana rasanya ga dapat kasih sayang orang tua," potong Dobby.

"Dobby ...," lirih Rendra.

"BANG JIUN YANG NGERAWAT AKU SAMA AJUN AYAHH!!, Yah aku akui, fasilitasku selalu terpenuhi, uangku tidak pernah kurang, tapi jika ada yang bertanya 'bagaimana rasanya diantar ayah ke sekolah?' Aku tidak bisa menjawab karna aku memang sudah benar-benar kehilangan sosoknya, A.Y.A.H," ujar Dobby dengan menekan kata akhir kalimatnya. Dia sudah menangis sekarang, tak mampu menahan air matanya lagi. Ajun juga ikut menangis sekarang, ia mengingat perkataan Dobby kepada temannya.

Flashback Ajun dan Dobby SD

"Wahh Dobby, kau sepertinya sangat bahagia, aku iri denganmu," ucap salah satu temannya.

"Iri?? Kau ingin menyaingiku?" tanya Dobby.

"Ahh, bagaimana bisa aku menang," jawab temannya.

"Hmm, kau diantar ayahmu sekolah saja aku sudah kalah," ucap Dobby.

Ajun sangat ingat itu, ucapan Dobby yang membuat Dobby menangis saat pulang sekolah ingin bertemu ayahnya.

Flashback of

Rendra menghela napasnya, terdengar sangat berat beban yang ia pikul sekarang.

Masalah dan Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang