"Kebohongan yang selalu ku lakukan adalah berkata bahwa semuanya baik-baik saja, padahal aku hampir terbunuh oleh semua ini" - Arjuna Barra Alvarendra
Kekhawatiran Ajun benar saja, Hugo menghampiri Ajun dengan tatapan marah.
BRUGHHH!
Ajun sukses dibuatnya tersungkur ke lantai karena di tarik sangat kencang, ohh ayolah bahkan Ajun belum menaruh tasnya.
"BANGSAT LO, KOK BISA NILAI TUGAS GUE GA SEMPURNA? LO SERIUS GASIH NGERJAIN TUGAS GUE?!" bentak Hugo kepada Ajun.
"M-maafin Ajun, Hugo. Ajun juga gabisa kalo nilai Hugo selalu sempurna karna Ajun bukan orang pinter," jawab Ajun dengan suara yang bergetar.
Saat Ajun hendak berdiri Hugo kembali membuat tulang keringnya menghamtam lantai dengan keras.
Plak!
Hugo menampar pipi Ajun sangat keras hingga sang empunya meringis. "BERANI LO JAWAB HA???"
Hanya dibalas gelengan oleh Ajun. Hugo yang sudah tersulut emosi pun menarik kerah baju Ajun lalu membenturkannya ke tembok belakang.
Sumpah saat ini rasanya tulang-tulang punggung Ajun retak karena benturan sangat keras.
Hugo sekarang sudah mencekik Ajun hingga Ajun pun kesulitan untuk bernapas.
"LAIN KALI LO KALO NGERJAIN TUGAS GUE ITU YANG BENERR, AWAS AJAA LO."
Satu tonjokan pun kembali menghantam pipi Ajun hingga ujung bibirnya berdarah, saat Hugo ingin menarik kerah baju Ajun lagi, Chiko segera melerainya.
"HUGO UDAHHH, NANTI ANAK ORANG MATI BANGSAT!" teriak Chiko menarik paksa tangan Hugo.
"ARGHHH LEPASS!" teriak Hugo geram lalu melepaskan tangannya dari Chiko.
"UDAHH," lerai Chiko
"LO TEMEN GUE APA BUKAN SI? KO MALAH NGEDUKUNG SI CULUN ITU." Hugo menunjuk Ajun.
"Gue temen lo, tapi gue gamau lo sampe bunuh orang, Hugo!" jelas Chiko
"OUH, JADI LO DUKUNG SI CULUN?" tanya Hugo sambil tersenyum remeh.
Chiko memejamkan matanya untuk menahan emosi. Susah memang berbicara dengan orang keras kepala seperti Hugo. "Gak gitu, sekarang lo mikir deh, kalo lo bunuh si culun itu lo mau masuk penjara?" Chiko memegang pelipis kepala Hugo dengan telunjuk. "Pake otak lo, jangan dikit-dikit pake kekerasan." Hugo langsung menepis tangan Chiko.
Hugo terdiam sejenak lalu menatap Ajun. "SELAMAT LO SEKARANG ASU." Hugo pun pergi namun, sebelum itu dia menendang Ajun yg sudah tak berdaya di lantai dan mengenai punggungnya sehingga sukses membuat Ajun memekik sakit.
Hugo dan Chiko pun saling beradu tatap sebelum Hugo benar-benar pergi.
Setelah Hugo pergi, Chiko memejamkan matanya, "kenapa ia mempunyai teman seperti Hugo, mempunyai otak tapi tidak pernah digunakan hanya untuk dipajang saja di kepalanya yang kosong itu"
Bagaimana dengan teman sekelasnya? Ohh mereka hanya melihat saja tanpa ada yang berani menolong karna mereka juga takut terhadap Hugo. Biasanya hanya Fendy yang akan menolong Ajun namun orang itu tidak kelihatan hari ini.
Hugo adalah putra direktur sekolah jadi tak heran jika orang-orang takut kepadanya. Ajun adalah sasaran dari pembullyan yang ia lakukan karena menurutnya Ajun adalah laki-laki lemah yang akan selalu bungkam jika di jahati bahkan sampai sekarang ia belum pernah mendapat masalah karena membully Ajun. Karena Ajun merupakan anak pintar di kelas juga Hugo selalu meminta Ajun untuk mengerjai PR nya, bukan karena ia malas sebenarnya, ia adalah anak tunggal yang selalu di tuntut untuk menjadi yang terbaik oleh ayahnya. Itulah yang menyebabkan ia menjadi tempramental dan menindas orang lemah seperti Ajun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masalah dan Kita
Teen Fiction_______________________________ "Sederhana saja Tuhan, kita adalah atma yang mempunyai asa untuk mendapatkan harsa amerta." ----------------------------------------- Setiap part di cerita ini hanya karangan belaka dan murni dari kreatifitas penulis...