XXIII. Semuanya kembali lagi

104 10 0
                                    

"Punya keluarga yang selalu mensupport, punya teman yang selalu menghibur, dan punya kekasih yang selalu ada, sederhana memang, tapi tidak semua orang bisa memilikinya." -Arjuna Barra Alvarendra.

Sudah satu minggu berlalu semenjak Rendra menjanjikan putranya bahwa dia sudah mendapatkan pendonor dan sekarang adalah saatnya, setelah melewati berbagai persyaratan sebelum operasi, akhirnya Ajun akan mendapat penglihatannya kembali.

Ajun sudah berada di rumah sakit, masih di kamar VIP nya, ditemani dengan ketiga anggota keluarganya, kekasihnya, dan keempat temannya.

CUP

Rendra mengecup kening putra bungsunya. "Nanti cuma sebentar sayang, jangan takut ya?" bisik Rendra.

"Ajun gak takut kok," jawab Ajun.

"Abis operasi nanti gue traktir makan deh," ucap Yudhi.

Jordan menoyor kepala Yudhi. "Sombong lu, giliran isiin saldo gopud gue pelit lo," sindir Jordan.

Yudhi memutar bola matanya malas. "Ck, sini gue isiin." Jordan tersenyum senang.

Terkadang Wawan heran dengan Jordan, padahal Jordan bisa dibilang dari keluarga yang berada, tapi kenapa sikapnya seperti dari keluarga berkurangan?

"Wah, emang Yudhi ini manusia kaya dan baik hati," puji Jordan.

"Lah, emong lo miskin dan jahat?" tanya Yudhi.

"Yaelah, baru juga di puji lo. Udah lah, gue mau pundung aja," rajuk Jordan.

"Apasih, kek bocah ga dibeliin mainan sama emaknya," ledek Wawan.

Jordan tersenyum jahil ke arah Wawan. "Berarti gue awet muda dong?" ucapnya dengan bangga.

"Dih, tampang lo kek om-om pedo," ledek Jiun.

"Sekata-kata lu, gue itu tampan dan kaya, tapi gue harus menanamkan sikap hemat sejak dini di dalam diri gue," puji Jordan pada dirinya sendiri. Mulut Wawan hanya berbentuk O sebagai balasan.

"O doang gitu? Puji kek," pinta Jordan.

"O, keren." balas Wawan.

Jordan menghentak kan kakinya karena kesal sementara, Wawan berjalan menjauh dari Jordan dan mendiamkan dirinya di dekat Dobby yang dari tadi anteng mencuri-curi pandang ke arah Denta.

Ceklek

Tiba-tiba ada Suster yang membuka pintu ruangan dengan senyum ramahnya.

"Pasien akan saya bawa ke ruang operasi sekarang," ucap suster itu. Semua hanya membalas dengan anggukan dan mengikuti Suster dan Ajun hingga di depan ruang operasi.

Calista mendekat ke arah Ajun. "Semangat," bisiknya. Ajun tersenyum sebelum pintu ruangan itu di tutup.

Dokter mengatakan jika operasi bisa berjalan satu sampai dua jam jadi, mereka semua menunggu di kursi tunggu, di depan ruangan operasi itu.

Dokter yang lewat pun agak heran karena hanya operasi pendonoran kornea mata, tapi yang menunggu hingga delapan orang.

•••


Denta berusaha mengajak Calista untuk berbicara agar Calista tidak berpikiran yang buruk-buruk. "Udah kamu tenang aja, gausah khawatir." Denta mengelus punggung tangan Calista agar perpuan itu sedikit tenang.

Rendra, Jiun, dan Dobby terus berdoa di dalam hati mereka agar operasi ini berjalan lancar tanpa kendala.

Sementara itu, sisa tiga laki-laki itu sedang bergelut dengan pikirannya masing-masing.

Masalah dan Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang