"Keputusanku sudah bulat untuk melupakanmu, aku berusaha untuk menghilangkan semua rasa cintaku padamu, tapi semuanya hancur ketika keraguan itu datang." -Devanka Azkara Zyandra.
Keempat anggota keluarga telah berkumpul di kamar sang Ayah karena ada hal yang ingin dibicarakan.
Sang kepala keluarga memandang putra tengahnya. "Apa yang pengen kamu omongin malam-malam begini?"
Dobby menghela napas panjang sebelum mengutarakan keputusannya. "Ayah, Dobby pengen ngelanjutin pendidikan Dobby di Swiss aja."
Pembicaraan yang awalnya santai kini berubah menjadi banyak tanda tanya. Mereka semua terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Dobby.
"K-kenapa tiba-tiba gini?" sahut Jiun.
"Sebelumnya maaf kalau Dobby itu mengecewakan, tapi masalah cinta udah mempengaruhi pendidikan Dobby dan Dobby mau lupain itu semua dengan membuka lembaran baru di tempat yang berbeda," jelas Dobby.
"Harus banget pindah, Dobby?" tanya Ajun.
"Gue cuman pengen ngelupain semua ini, gue gamau terlalu berlarut dengan kisah cinta gue yang selalu gagal, gue ga mau terus hidup dalam bayang-bayang kayak gini," jawab Dobby.
"Dobby," panggil Rendra. Dobby tidak menjawab, tapi langsung menatap sang Ayah.
"Pindah universitas itu ga mudah, perlu banyak pertimbangan, bukan soal biaya, Ayah ga keberatan kalau kamu mau pindah, tapi kamu harus pikirin ini semua matang-matang apalagi kamu pindahnya ke luar negeri," jelas Rendra.
"Dobby udah pikirin Ayah, Dobby mau pindah," jawab Dobby.
"Tolong pikirin matang-matang, jangan sampai kamu menyesali semuanya karena terlalu mengambil keputusan yang terburu-buru, jangan karena pikiran kamu yang terlalu kalut kamu sampai langsung mikir kaya gini, sama aja kamu lari dari masalah Dobby," ucap Rendra.
"Jangan sampai gara-gara Denta di jodohin lu sampai kalut kayak gini, pikirin baik-baik," ujar Jiun.
Mereka semua memang sudah tahu perihal perjodohan Denta karena Denta menceritakannya ketika mereka menginap bersama di Villa malam itu, mereka juga tahu kalau Dobby selalu kalut memikirkan Denta, mulai dari sering bengong, jadi sedikit berbicara, dan banyak diam. Rendra juga mulai khawatir dengan kondisi mental anaknya.
"Gue udah pikirin, Bang."
"Dobby udah yakin?" tanya Ajun.
"Dobby kalau ga yakin jangan, jangan ninggalin kita cuma gara-gara pikiran Dobby yang kalut. Jangan lari dari masalah Dobby," lanjut Ajun.
"Iya gue yakin, gue udah yakin banget." Dobby tetap kekeuh dengan keputusannya.
Rendra, Jiun, dan Ajun hanya saling tatap, mereka bukannya tidak mengijinkan, tapi mereka takut keputusan Dobby itu gegabah. Jiun tahu adiknya tidak benar-benar ingin meninggalkan mereka apalagi untuk meninggalkan Ajun.
"Kalau Dobby emang mau gitu, Ayah gaakan ngelarang, nanti kita urus sama-sama," final Rendra.
Dobby tersenyum. "Makasi Yah." Dobby langsung pergi meninggalkan ruangan itu.
Rendra, Jiun, dan Ajun kembali bertukar pandang, tidak berbicara, tapi bisa mengerti pikiran masing-masing.
Dobby side
Dobby kembali ke kamarnya dan duduk di kursi gamingnya, membuka ponsel dan membuka galeri fotonya. Ia mengklik salah satu foto di sana dan ia pandangi itu. "Aku sudah berusaha untuk melupakanmu, tapi setiap kali aku ingin melupakanmu justru aku mengingat betapa bahagianya saat awal kita memulai perkenalan dan berteman."
![](https://img.wattpad.com/cover/330717610-288-k474727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Masalah dan Kita
Fiksi Remaja_______________________________ "Sederhana saja Tuhan, kita adalah atma yang mempunyai asa untuk mendapatkan harsa amerta." ----------------------------------------- Setiap part di cerita ini hanya karangan belaka dan murni dari kreatifitas penulis...