XV. Perjalanan awal penyesalan

134 13 2
                                    

"Jangan ngebantah kalau orang tua ga ngijinin pergi, jangan pergi!" -Janendra Areskala Hadinata.

07.00

"Kalian udah packing kan?" tanya Jiun sambil melahap rotinya.

"Udah kok, siap jalan mah," jawab Dobby.

Setelah packing persiapan yang ingin mereka bawa ke Jakarta, mereka melanjutkan dengan sarapan.

Jiun melirik ke arah Ajun, laki-laki itu memegangi lehernya dengan kondisi wajah yang masam, sepertinya memikirkan sesuatu yang buruk.

"Udah Jun, jangan dipikirin," ucap Jiun tiba-tiba.

Ajun menatap heran ke arah Abangnya itu.

"Apaan dah, orang leher Ajun sakit, kayaknya salah bantal nih," keluh Ajun.

Jiun lantas memutar bola matanya malas. "Cih, dasar manusia, pengennya selalu benar, leher sakit yang disalahin bantal," ledek Jiun.

"Ya emang salah bantalnya kok!" kekeuh Ajun.

"Ckckck, kayaknya kalau ada zombie lo aman deh Jun,"

Ajun tersenyum bangga. "Iya dong, kan nanti Ajun pinter buat strategi-"

"Soalnya zombie itu ngincar otak," potong Jiun

"Dan lo ga punya otak," lanjut Dobby.

Dobby dan Jiun tertawa puas setelah meledek adiknya.

"Ga punya otak gini, tapi pernah masuk kelas unggulan IPA, wleekk."

"Dih, ngaku gapunya otak," kekeh Jiun.

Ajun mendengus sebal, perkara salah bantal saja dia dibilang gapunya otak.

"Udahhh, anaknya udah pundung itu," ujar Jiun.

"Lo udah di ijininkan sama Calista?" tanya Dobby.

Ajun menoleh. "Udahh." Dobby hanya mengangguk sebagai jawaban.

Sebenarnya tadi pagi Calista sempat menelpon untuk melarangnya pergi, tapi Ajun meyakinkan Calista bahwa semuanya akan baik-baik saja, Ajun berjanji pulang dengan baik-baik saja tanpa luka.

Jiun tersenyum jahil ke arah Dobby. "Ciee yang bentar lagi mau confes part dua," ledek Jiun.

Dobby tersenyum. "Apasih."

"Apasih, apasih, nyengir lo."

09.34

"Udah siap semua kan?," tanya Jiun

"Udah, ayok!" seru Dobby.

Mereka pun masuk ke dalam mobil setelah memasuk kan semua barang-barang. Jiun menyetir semetara, Dobby dan Ajun duduk di belakang, Ajun di kiri dan Dobby di kanan.

"Ini perjalanan jauh, kita doa dulu ya," perintah Jiun.

Mereka menggegam tangan mereka lalu memejamkan mata.

"Tuhan, lindungi Jiun dan adik-adik selama diperjalanan, berkati kami semua, jauhkan kamu dari malah bahaya. Amin," batin Jiun.

"Tuhan, lancarkan perjalanan kami, jangan biarkan ada mala bahaya yang menyerang kami nanti, Dobby meminta restu mu Tuhan. Amin," batin Dobby.

"Tuhan, lindungilah perjalanan kami semua. Perasaan Ajun gaenak, Tuhan Ajun mohon berkati kami semua selama perjalanan jauh ini. Amin," batin Ajun

Masalah dan Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang