XXIX. Berusaha bertahan

206 15 0
                                    

"Kamu harus bertahan, banyak keinginan kamu yang belum kita penuhi, jangan pergi dulu."

Ajun terhempas ke udara beberapa saat lalu terjatuh tak berdaya di atas aspal, kaca depan mobil yang tadi menabraknya bahkan ikut pecah saking kencangnya. Ponsel yang tadi dia bawa menjadi pecah hingga tak berbentuk. Sebelum netranya benar-benar menutup, Ajun bisa mendengar suara pemilik mobil itu.

"A-ajun?" kaget pria itu.

Manik indah Ajun menangkap pemandangan yang buram lalu dengan perlahan matanya mulai menutup.

•••

"PLIS AJUN, LO HARUS BERTAHAN, LO HARUS KUAT, BERJUANG DEMI KITA!" hiteris Dobby sambil membantu suster membawa brankar yang berisi tubuh Ajun ke ruang IGD.

Jiun menarik adik tengahnya ketika pintu akan ditutup. "Tenangin diri lo! Ajun gak akan kenapa-kenapa," ucap Jiun.

"Gak kenapa-kenapa gimana?! Tubuh dia udah penuh luka!" lirih Dobby.

Mata Dobby langsung teralihkan ke arah pria yang tadi menabrak Ajun. Pria itu tidak lari, dia akan bertanggung jawab atas perlakuannya.

Sesaat setelah kecelakaan itu, mobil Jiun dan Dobby segera berhenti di depan mereka. Mereka terkejut dengan kecelakaan yang terjadi apalagi yang mengalami adik mereka sendiri dan orang yang menabraknya ...

Dobby berjalan mendekat ke arah pria itu dengan tatapan marah, ia menarik kerah baju pria itu. "KENAPA LO DATENG LAGI? SETELAH SEMUANYA UDAH SELESAI, KENAPA LO HARUS MUNCUL LAGI?!" murka Dobby. Pria itu senantiasa menunduk, enggan menatap wajah marah Dobby.

Walau dia sudah bertanggung jawab, tapi ia tidak mungkin menghentikan kemarahan dari kakak korban yang ia tabrak terlebih dia ...

"HUGO BANGSAT LO ANJINGGGGG!" umpat Dobby.

Jiun menarik tangan adiknya agar tidak membuat kerebutan, tapi percuma, Dobby menghempaskan tangannya.

Napasnya terengah-engah karena terlalu emosi. Namun, pandangan marahnya sekarang berubah menjadi tatapan sendu. "Cukup Hugo, jangan sakitin adik gue lagii, gue udah maafin lo, tapi lo malah buat adik gue sekarang sekarat." Suara Dobby gemetar, begitu pula dengan tubuhnya. Genggaman tangannya pada kerah Hugo sudah melonggar, tubuhnya merosot ke bawah.

"Jangan lo renggut nyawa adik gue, Hugoo." Dobby menangis terisak di bawah, sangat putus asa. Pertama kalinya ia menangis hingga seperti ini.

"Maaf ... Gue beneran ga bermaksud, gue bakalan tanggung jawab," ujar Hugo.

"PERCUMA BANGSAT! Gue cuma pengen adik gue selamat!" Jiun segera merengkuh tubuh rapuh adiknya. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa dia juga sedang rapuh. Sangatt!

Jiun menganggukkan kepalanya ke Hugo, menyuruh agar pria itu pergi dari hadapan mereka. Hugo pergi namun, ia tidak akan lari, dia akan betanggung jawab. Dia bersumpah bahwa dia memang tidak sengaja, dia mengira kerena sudah malam jadi jalanan akan sepi namun, dugaannya salah bahkan ia bisa saja menghilangkan nyawa seseorang.

Tak lama, Rendra, Yudhi, Jordan, dan Wawan datang menghampiri mereka. Raut khawatir semuanya terlihat.

"Gimana keadaan Ajun?" tanya Rendra. Jiun hanya menggeleng pasrah.

Rendra menggosok wajahnya prustasi, ia sangat trauma dengan kecelakaan, ia trauma jika keadaan seperti ini. Bagaimana jika Ajun bernasib seperti Julia?

"Lo ga ngehubungin Calista?" tanya Yudhi.

"Udah gue hubungin berkali-kali, tapi ga diangkat," sahut Jiun. Semuanya hanya menundukkan kepala mengerti.

Ceklek

Masalah dan Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang