"Cicip."
Jeffian meraih garpunya dan memotong kue di hadapannya sebelum akhirnya melahap dan mengunyahnya.
"Enak?" tanya Roseanne.
Jeffian menganggukkan kepala.
"Cheesecake buatan Enzo tuh favorit aku banget, tadi reaksi kakek Fazio sama nenek Beatrice juga sama! Mereka bilang enak!"
Di pagi hari yang cerah, akhir dari musim panas di Milan, Roseanne dan Jeffian kembali bertemu di café tiramisu pasangan tua setelah kepulangan Enzo kemarin.
"Kamu ... suka cowok yang bisa masak?" tanya Jeffian tiba-tiba, seolah ingin memastikan suatu hal yang mungkin saja berakhir menyakiti dirinya sendiri.
"I really don't have any standards," jawab Roseanne walau menurut Jeffian hal itu tidak mungkin.
"Cewek secantik kamu? Gak punya standar untuk pasangan? Mustahil," balas Jeffian yang membuat Roseanne salah tingkah karena mendengar kata pujian dari mulut Jeffian.
"Kenapa mustahil? Memangnya harus? Coba kamu, kamu punya standar untuk pasangan gak?"
Roseanne justru menggelindingkan bola panas kembali ke Jeffian, pemuda itu pun garuk kepala dibuatnya.
"Uh ... yeah, of course."
Roseanne melipat kedua tangannya di atas meja berlagak sok tapi kemudian ia tersenyum geli, "apa aja coba?"
"Dia harus baik, bisa terima aku apa adanya dan bisa membangun hubungan yang baik dengan aku," jelas Jeffian.
Roseanne pun bertopang dagu sembari tersenyum, "semua orang yang jatuh cinta pada pasangannya pasti akan melakukan itu, Jeff."
Jeffian segera menggelengkan kepalanya, "ada lagi, aku suka cewek yang bisa jaga penampilannya dan punya mata yang cantik."
"Everyone has beautiful and distinct eyes, Jeff."
"No, I like girl with brown eyes."
"Brown like a morning coffee?" tanya Roseanne sembari tertawa kecil.
Jeffian pun turut tertawa kecil sembari membalas, "yes, brown like a morning coffee."
Suasana lalu berubah hening untuk sejenak, bukanlah hening yang membuat mereka canggung, tetapi hening yang cukup menenangkan.
"Sisa waktu stay kamu di Milan berapa lama lagi?" tanya Jeffian tiba-tiba.
Roseanne mengecek ponselnya sejenak seolah menghitung hari kemudian ia menjawab, "sisa dua minggu lagi, emangnya kenapa, Jeff?"
Jeffian pun menundukkan wajahnya, "berarti ... dua minggu lagi kamu bakal pulang ke Paris dan kita gak bakal ketemu lagi?"
"Ih, ketemu, kita pasti ketemu lagi, jaman sudah maju Jeff, aku bisa naik kereta cepat ke Milan atau kamu naik kereta ke Paris. Kamu juga simpan nomor aku kan?"
Jeffian tersenyum kecut, "iya, tapi ... pasti rasanya beda."
"Beda gimana?"
"Karena kita gak bisa saling ketemu setiap hari seperti sekarang."
Kali ini gadis itu hanya tersenyum, seraya meraih secangkir coklat panas yang selalu ia pesan selama berada di Milan, meminum cairan itu sembari mengarahkan pandangan keluar jendela, menghindari Jeffian.
Jeffian pun merutuki dirinya sendiri, pasti Roseanne bingung untuk membalas ucapan pria itu.
Gadis itu tidak bisa menjanjikan kehadiran untuk selamanya di Milan, Jeffian tahu itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/324427711-288-k891491.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] France and Italy
Fanfiction"Lo kira gue akan lepasin Roseanne gitu aja? Gak semudah itu, Jeff."