xxviii. train to paris

1.3K 260 40
                                    

Maaf agak telat.

•••

Roseanne dan Jeffian telah kembali ke Milan setelah menghabiskan empat hari lamanya di Nice untuk sebuah perjalanan rasa kecewa, patah hati, dan sekaligus cinta.

"Sudah masuk semua barang-barangnya?" tanya Jeffian sembari menarik resleting koper Roseanne.

"Sudah semua sih, tinggal ke stasiun tapi oh! Aku baru ingat, aku ada janjian sama Tante Sabrina."

Jeffian mengangkat alisnya, "janjian buat apa?"

"Pamitan dong, kan aku belum tahu kapan bakal ketemu dia lagi," jawab Roseanne dan pemuda itu menganggukkan kepala.

"Mau mampir ke café nya kakek Fazio sama nenek Beatrice juga gak?" tawar Jeffian seraya berdiri dan menatap gadis yang kini sedang mengelap pulau granit.

"Boleh banget Jeff," jawab Roseanne tanpa melihat Jeffian.

Pemuda itu tersenyum lalu menghampiri gadis itu dan memeluknya dari belakang.

"Kamu kira-kira ada rekomendasi aku harus tinggal di mana selama di Paris?" bisik Jeffian.

Gadis itu tidak langsung menjawab Jeffian, tampak berpikir sembari sibuk mengelap meja.

"Ternes Cozy Studio mau gak? Itu dekat Arc de Triomphe juga, gak jauh dari apartment aku," jawab Roseanne.

Jeffian terdiam sejenak, akhirnya dengan sedikit ragu-ragu ia bertanya pada Roseanne, "apartment nya Enzo bukan?"

"Bukan kok."

Sebuah senyuman lega langsung muncul di wajah Jeffian, "oke, aku di sana aja, biar setiap hari bisa main ke tempat kamu."

Roseanne pun turut tersenyum, hatinya terasa menghangat walau ia masih tetap memiliki rasa bersalah perihal Enzo yang ia tolak perasaannya.

Bukan berarti Roseanne lebih memikirkan Enzo ketimbang Jeffian, tidak, tidak sama sekali, Jeffian memiliki porsi lebih.

Ruang khusus di dalam hati telah terisi oleh pemuda dengan dua buah lesung pipi itu. Roseanne yakin bahwa Jeffian lah orangnya.

"I love you so much Roseanne, I mean it with all my heart."

•••

Enzo mengecek jam tangannya, sore nanti ia harus segera pulang dan menyiapkan strawberry shortcake kesukaan Roseanne.

Hari ini adalah hari kepulangan gadis itu ke Paris dan Enzo tidak sabar untuk bertemu dengannya sekalipun kejadian di Nice masih hangat membekas di ingatannya.

"You look stressed," ucap Benoit.

Enzo menolehkan kepala dan menatap sang atasan di dapur baru tempatnya bekerja ini, Enzo pun lalu hanya menggelengkan kepala.

"I'm not."

"Well, you better focus today, we have special customers from Berlin."

"Okay, I'll prepare myself and the team," ucap Enzo yang kemudian pamit undur diri dari hadapan Benoit.

Focus Enzo, focus!

Namun pemuda itu kembali teringat percakapannya dengan sang sahabat kemarin malam.

"Aku bakal pulang ke Paris, Enzo."

[✔] France and ItalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang