xxxiii. his duty

1.7K 250 56
                                    

Cek chapter sebelumnya!

•••

Enzo merebahkan dirinya di ranjang kamar tamu yang selalu menjadi tempat dirinya untuk beristirahat setiap kali berkunjung ke apartment Roseanne.

Sebuah hari ia lalui dengan penuh tanda tanya.

Jika sebelumnya Roseanne menangis semalaman karena kesedihan akibat truma mama Priti dan kebimbangan untuk hubungannya dengan Jeffian ... lantas apa yang gadis itu tangiskan baru saja?

Benar, gadis itu kembali menangis.

Namun kali ini tanpa penjelasan yang pasti.

Ia menangis tidak lama setelah ia keluar dari dalam kamar mandi, ah, mungkin ia masih bersedih dengan apa yang terjadi.

Enzo hanya dapat menerika-nerka karena berapa kali ia berusaha bertanya pada gadis itu dan berkahir tidak ada satu pertanyaan pun terjawab.

Women are always complicated and Enzo can't ever understand them.

Roseanne adalah kasus khusus, terdapat satu sisi saat ia menjadi satu-satunya pemuda yang paling mengerti gadis itu, di sisi lain apa yang Enzo kemukakan ternyata tidak sesuai dengan apa yang Roseanne pikirkan.

Sangat dinamis, biarlah menjadi bumbu kehidupan.

"Should I talk to Jeffian about this?" gumam Enzo pelan.

Namun ia tidak ingin dicap sebagai orang yang suka ikut campur.

"Hm ... maybe I should."

Dan Enzo pun menarik keluar ponselnya.

•••

"He was such a jerk."

Miguel menepuk bahu Jeffian menenangkan seusai Jeffian menyelesaiakan ceritanya mengenai masa lalu ayah nya dengan mama Priti.

"Bukan salah lo Jeff-"

"Oh, clearly, tapi karena kebodohan ayah gue di masa lalu sekarang gue yang harus nanggung akibatnya," potong Jeffian dengan kesal.

Miguel pun terdiam sejenak, menarik tangannya kembali dan berpikir bukan rasa empati seperti 'mengkasihani' yang Jeffian butuhkan.

"Gue sudah coba telpon Roseanne berkali-kali tapi gak aktif, gua coba hubungin mama nya juga gak bisa, I know it's not time to call her mom, tapi gue butuh bicara sama mereka."

"Lo harus tenang dulu, Jeff, mereka butuh waktu apalagi mama nya Roseanne yang mungkin aja ... muncul lagi rasa traumanya," balas Miguel.

Jeffian menatap Miguel seraya menghembuskan nafasnya berat.

"Atau gue susul Roseanne ke apartment nya?"

Setelah berucap demikian Jeffian pun segera berdiri tetapi dengan segera Miguel menahan tubuh Jeffian dan mendorong Jeffian untuk kembali duduk.

"Bro, like I said, lo harus tenang dulu, ada alasan kenapa Roseanne gak angkat telpon lo. Itu artinya dia butuh waktu untuk memahami masalah ini tanpa kehadiran lo dan gue rasa lo juga butuh itu!" tunjuk Miguel dengan sedikit kesal.

[✔] France and ItalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang